Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Jelang Ministerial Conference ke-14, Pemerintah Tegaskan Komitmen Perkuat Sistem Perdagangan Multilateral

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Jelang Ministerial Conference ke-14, Pemerintah Tegaskan Komitmen Perkuat Sistem Perdagangan Multilateral
Foto: Indonesia Dorong Reformasi WTO, Airlangga: Jangan Sampai Jadi Lembaga Gagal(Sumber: ANTARA/Bayu Saputra)

Pantau - Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) agar tetap relevan dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan komitmen tersebut usai mengikuti diskusi bersama Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala dan 31 negara kunci anggota WTO.

"Indonesia mendorong reformasi WTO dan Indonesia menjanjikan nanti dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-14 di Kamerun, WTO wajib mencapai hasil yang lebih baik dan tentu Indonesia akan menugaskan Dubes Indonesia di WTO untuk membuat persiapan berkait dengan rencana tersebut", ujar Airlangga.

Ngozi menilai Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara besar di Asia Tenggara dan representasi negara berkembang yang inklusif dalam percaturan perdagangan global.

Ancaman Unilateralisme dan Momentum Reformasi di Kamerun

Sejak didirikan pada 1995, WTO telah berperan penting dalam menurunkan tarif, meningkatkan perdagangan global, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan lapangan kerja.

Namun dalam lima tahun terakhir, lembaga ini menghadapi tantangan besar, seperti ketidakstabilan ekonomi global, tindakan unilateral sejumlah negara, perbedaan pandangan terhadap mandat WTO, dan macetnya mekanisme penyelesaian sengketa.

Airlangga menyoroti bahwa tindakan sepihak dari sejumlah negara telah mengganggu tatanan kebijakan multilateral dan memperlemah efektivitas WTO.

Ia menilai bahwa pertemuan WTO Ministerial Conference (MC) ke-14 yang akan digelar di Kamerun pada 26–29 Maret 2026 menjadi momentum krusial untuk mereformasi sistem WTO secara menyeluruh.

Isu utama yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut mencakup upaya mempertahankan sistem perdagangan multilateral berbasis aturan (rule-based order) serta mengatasi risiko perang tarif dan proteksionisme.

"Inilah yang sudah menjadi kepentingan bersama karena dalam pertemuan dengan para menteri, hampir seluruhnya mempunyai pandangan yang sama bahwa WTO harus di-reform karena situasi sudah berubah dan pertemuan ministerial conference ke depan itu menjadi sangat krusial karena WTO diharapkan tidak boleh menjadi sebuah lembaga yang gagal", tegas Airlangga.

Penulis :
Balian Godfrey