Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Waspadai Risiko Moral Hazard, CORE Soroti Urgensi Pendekatan Bertahap dan Pengawasan Ketat

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Waspadai Risiko Moral Hazard, CORE Soroti Urgensi Pendekatan Bertahap dan Pengawasan Ketat
Foto: CORE Nilai Kopdes Merah Putih Berpotensi Jadi Pilar Kemandirian Desa, Asal Dirancang Cermat dan Kontekstual(Sumber: ANTARA/HO-Kantor Komunikasi Kepresidenan)

Pantau - Center of Reform On Economics (CORE) menilai bahwa program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih memiliki potensi besar untuk menjadi pilar kemandirian desa jika dirancang dan dijalankan dengan strategi yang matang dan kontekstual.

Penilaian tersebut disampaikan dalam laporan CORE Indonesia berjudul Kopdes Merah Putih: Paradoks Gerakan Ekonomi Rakyat.

Dalam laporan itu, CORE menyebut bahwa desa-desa unggulan yang telah memiliki kinerja ekonomi baik dapat berperan sebagai pionir implementasi dan menjadi model pembelajaran peer-to-peer bagi desa lain.

Program Kopdes Merah Putih dianggap menjanjikan jika dijalankan secara bertahap, berbasis prestasi, dan terintegrasi dengan ekosistem ekonomi desa yang sudah terbentuk.

Namun demikian, CORE memberi catatan serius soal kehati-hatian dalam penggelontoran dana, mengingat estimasi pembiayaan program koperasi ini mencapai Rp400 triliun.

Dana Besar Butuh Pengawasan Ketat, CORE Ingatkan Risiko Top-Down

CORE menekankan pentingnya efisiensi dan alokasi anggaran yang rasional agar program ini tidak mengganggu keberlangsungan program-program lain yang sudah berjalan efektif.

Pengalihan dana dalam skala besar untuk program Kopdes, menurut CORE, harus dipertanyakan secara serius dari aspek transparansi dan kelayakan.

CORE juga mengingatkan pentingnya mitigasi risiko melalui sistem pengawasan dan audit yang ketat guna mencegah fraud dan penyalahgunaan anggaran.

Risiko moral hazard dinilai dapat muncul jika manajemen koperasi belum sepenuhnya siap secara kelembagaan dan sumber daya manusia.

Agar koperasi benar-benar menjadi kekuatan ekonomi rakyat, CORE menyarankan pendekatan yang berbasis partisipasi dan kebutuhan lokal, bukan pendekatan top-down.

“Pendekatan top-down justru bisa membuat program tidak berpijak pada realitas dan kebutuhan masyarakat,” tegas CORE dalam laporannya.

Pembangunan institusi ekonomi pedesaan memerlukan strategi yang lebih matang, tidak seragam, dan harus menyesuaikan dengan konteks sosial-ekonomi masing-masing desa.

CORE menekankan bahwa kegagalan masa lalu dalam program Koperasi Unit Desa (KUD) adalah bukti bahwa pendekatan seragam tidak mampu menjawab kebutuhan riil masyarakat desa.

Penulis :
Balian Godfrey