
Pantau - Wakil Kepala BKKBN sekaligus Wamendukbangga, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menekankan pentingnya orang tua membangun komunikasi yang terbuka dan empatik dengan anak, seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi dan tantangan pola asuh masa kini.
Pola Asuh Lama Tak Lagi Relevan di Era Digital
Isyana menyampaikan bahwa pendekatan komunikasi orang tua kepada anak harus disesuaikan dengan zaman.
"Kalau kita menggunakan ilmu bagaimana cara berkomunikasi seperti 20 tahun yang lalu, tentu saja sudah tidak pas, karena perkembangan teknologi sekarang luar biasa cepat dan apa yang dialami anak-anak remaja saat ini berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Apalagi saat itu belum ada internet. Ini tentu membutuhkan bekal dari orang tua untuk mempunyai ilmu-ilmunya," ungkapnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BKKBN tengah memperbarui modul Bina Keluarga Remaja (BKR) agar komunikasi antara orang tua dan anak tidak lagi bersifat satu arah, tetapi berbasis kasih sayang dan saling mendengarkan.
"Kalau sebelumnya modul lebih satu arah dari orang tua ke remaja, ini modulnya ada juga dari remaja ke orang tua, bagaimana berkomunikasinya, karena bagaimanapun kalau sebagai orang tua hanya mengedepankan komunikasi satu arah tanpa mendengarkan dari remajanya, tentu akan sulit terjalin komunikasi yang baik," jelas Isyana.
Komunikasi dengan Hati dan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Menurut Isyana, komunikasi yang ideal harus dilakukan dengan empati dan pemahaman emosional dari kedua pihak, baik orang tua maupun anak.
"Ini yang berusaha kami jembatani, bagaimana agar masing-masing orang tua itu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hati dengan empati, tidak hanya orang tuanya, remaja pun seperti itu, karena tidak ada manusia yang selalu senang, tidak ada manusia yang tidak punya masalah. Jadi, pada saat kita berkomunikasi dengan hati menggunakan empati, saat itulah kita bisa mulai berkomunikasi dengan lebih baik lagi," katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, yang selama ini lebih banyak dibebankan kepada ibu, melalui Program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
"Ibu itu kan tidak selalu siap sedia, tidak selalu dalam kondisi optimal 100 persen, pasti ada saatnya ibu sedang sedih, sakit, mengalami sebuah masalah, atau gejolak-gejolak hormon pada saat mereka sedang mengalami masa menstruasi ataupun pre-menopause. Di saat itulah ayah harus bisa mengetahui bagaimana kondisi mental seorang ibu," ujarnya.
Isyana menambahkan bahwa orang tua juga perlu memahami kapan waktu terbaik untuk membangun kedekatan dan komunikasi, karena dinamika dan karakter setiap keluarga berbeda.
"Itu perlu ditemukan di masing-masing keluarga karena setiap anak, setiap keluarga memiliki dinamika dan hubungan yang berbeda-beda," tutupnya.
- Penulis :
- Balian Godfrey