
Pantau - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Indah Dhamayanti Putri, mengungkapkan bahwa permintaan autopsi terhadap jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, diajukan oleh pihak keluarga untuk mengetahui secara pasti penyebab dan waktu kematiannya.
“Pihak keluarga mau tahu proses kematian karena apa. Mereka hanya ingin tahu kapan kematiannya,” ungkap Indah dalam pernyataannya di Mataram.
Autopsi tersebut juga diperlukan sebagai bagian dari kelengkapan dokumen administratif untuk proses pemakaman jenazah Juliana di Brasil.
Autopsi Dialihkan ke Bali karena Keterbatasan Tenaga Forensik
Awalnya, autopsi direncanakan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Namun, rencana itu dibatalkan karena satu-satunya dokter forensik di NTB sedang bertugas di Semarang.
Sebagai solusi, autopsi akan dilakukan di Denpasar, Bali.
“Setelah administrasi selesai, maka akan diberangkatkan dengan ambulans dari RS Bhayangkara Mataram,” jelas Indah.
Jenazah Juliana dijadwalkan diberangkatkan ke Bali pada siang hari menggunakan ambulans rumah sakit.
Kronologi Kejadian Jatuhnya Juliana di Gunung Rinjani
Peristiwa tragis yang menimpa Juliana Marins terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, saat ia terjatuh di lereng Gunung Rinjani.
Setelah dilakukan pencarian intensif selama beberapa hari, jenazah Juliana akhirnya ditemukan oleh tim SAR gabungan pada Selasa, 24 Juni, di kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir yang diketahui (Lost Know Position).
Evakuasi jenazah dilakukan tanpa bantuan helikopter karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
Dari pos Pelawangan, jenazah ditandu menuju Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), yang terletak di dekat pintu masuk jalur pendakian.
- Penulis :
- Aditya Yohan