
Pantau.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia mengalami fenomena alam langka pada tahun 2018. Hal itu terkait tiga bencana bencana alam yang terjadi di tiga wilayah berbeda.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan fenomena langka pertama yakni pada gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli 2018. Bencana alam itu terbilang langka karena terjadi secara beruntun.
"Itu termasuk aneh dan langka. Kenapa? Karena beruntun sekali. Lombok Timur pertama kena (gempa) kemudian geser ke barat. Kita masih melakukan penanganan, tiba-tiba geser ke Lombok utara dan sebagainya. Ternyata segmen di Flores fault terpengaruhi," ujar Sutopo di Graha BNPB, jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (31/12/2018).
Baca juga: BMKG Turunkan Status Area Waspada Selat Sunda Menjadi 500 Meter
Fenomena kedua, bencana gempa dan tsunami yang diikuti likuifaksi di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. Menurut Sutopo, likuifaksi atau pencairan tanah di wilayah Sulteng itu termasuk yang terbesar di dunia.
Sebab biasanya likuifaksi hanya terjadi di sesar dan wilayah tanah yang retak pasca gempa bumi.
"Fenomena langka yang ketiga adalah tsunami yang ada di Selat Sunda. Kita tidak menyangka bahwa tsunami ternyata dibangkitkan oleh longsoran bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau," lanjut Sutopo.
Baca juga: Data Terbaru Korban Tsunami Selat Sunda: Korban Tewas Mencapai 437 Orang
Ia menjelaskan, sebenarnya erupsi Gunung Anak Krakatau pada saat kejadian hanya 1,5 kilometer. Artinya lebih kecil daripada erupsi yang terjadi pada periode September-Oktober.
Sutopo mengaku heran dengan peristiwa alam tersebut. Justru aneh longsoran bawah laut tidak terjadi saat September-Oktober di mana erupsi Gunung Anak Krakatau lebih besar. Meski demikian, ia mengakui bahwa sistem peringatan dini bencana alam yang dimiliki Indonesia memang masih terbatas.
"Keterbatasan peralatan, keterbatasan ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang kemudian kita menyimpulkan setelah kejadian. Jadi tiga fenomena alam di Indonesia selama periode 2018 yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang lebih besar," ucapnya.
- Penulis :
- Adryan N