HOME  ⁄  Nasional

Matsama 2025 Diharapkan Jadi Fondasi Pendidikan Berbasis Cinta dan Humanisme Qur’ani di Madrasah

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Matsama 2025 Diharapkan Jadi Fondasi Pendidikan Berbasis Cinta dan Humanisme Qur’ani di Madrasah
Foto: (Sumber: Dr. A. Umar, MA (Dosen FITK UIN Walisongo Semarang)

Pantau - Memasuki tahun ajaran baru 2025/2026, seluruh madrasah di Indonesia secara serentak melaksanakan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) mulai Senin, 14 Juli 2025, sebagai sarana pengenalan lingkungan madrasah yang mengedepankan nilai kasih sayang, akhlak, dan pendidikan karakter berbasis cinta.

Matsama tidak hanya menjadi ajang orientasi fisik, tetapi menjadi ruang penting membangun komunikasi emosional antara siswa, guru, dan lingkungan madrasah.

Nilai-nilai cinta dalam proses pendidikan ini sejalan dengan gagasan pendidikan berbasis cinta yang dicanangkan Kementerian Agama pada 17 Mei 2025.

Kementerian Agama menekankan bahwa pendidikan yang efektif harus berlandaskan kasih sayang dan penghormatan terhadap kemanusiaan, bukan sekadar kedisiplinan teknis.

Kontroversi Pelibatan TNI-Polri dalam MPLS dan Relevansinya terhadap Matsama

Di sisi lain, muncul kontroversi terkait kebijakan pelarangan pelibatan TNI-Polri dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk sekolah umum.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menegaskan bahwa pihak yang diperbolehkan terlibat dalam MPLS hanya panitia sekolah, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Pendidikan.

Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Sekretaris Daerah, Herman Suryatman, menyatakan sikap berbeda dan tetap melibatkan TNI-Polri dalam MPLS untuk SMA dan SMK negeri di wilayahnya.

Isu ini memunculkan kekhawatiran bahwa pendekatan militeristik bisa masuk ke dalam dunia pendidikan, termasuk madrasah, jika tidak diantisipasi dengan tegas.

Artikel "Pendidikan Disiplin Militer: Solusi Instan atau Problem Baru?" yang diterbitkan di laman Kemenag.go.id pada 9 Mei 2025 memperingatkan bahaya dari tergiur solusi cepat yang justru menimbulkan masalah jangka panjang.

Dalam konteks madrasah, Matsama seharusnya mengedepankan nilai ukhuwah, akhlak, dan pengenalan Al-Qur’an, bukan pendekatan otoriter atau militeristik.

Jika TNI-Polri dilibatkan, maka keterlibatan mereka harus terbatas hanya pada sesi teknis seperti pengenalan dasar baris-berbaris atau wawasan kebangsaan.

Peran utama dalam Matsama tetap berada di tangan pendidik, bukan otoritas militer.

Matsama sebagai Pilar Pendidikan Karakter Islami yang Humanis

Matsama idealnya menjadi media yang membentuk siswa menjadi pribadi yang berakhlak, kritis, dan empatik terhadap lingkungan sosialnya.

Pendidikan Islami yang diterapkan harus mencerminkan prinsip rahmatan lil ‘alamin, mengedepankan kasih sayang, keteladanan, dan pembinaan moral.

Prinsip-prinsip pendidikan Islam seperti Tazkiyatun Nafs, Ta’limul ‘Ilm, dan Tarbiyatul Hikmah menjadi pilar utama dalam proses pengenalan ini.

Al-Ghazali menegaskan bahwa pendidikan harus dilakukan secara bertahap, lembut, dan penuh keteladanan.

Jurnal Journal of Islamic Thought and Civilization tahun 2025 menekankan bahwa dalam pendidikan Qur’ani, siswa diposisikan sebagai subjek aktif, sedangkan guru menjadi pembimbing inspiratif.

Matsama harus menghindari pendekatan simbol kekuasaan dan menggantinya dengan pendekatan yang humanis dan kreatif.

Aktivitas edukatif seperti pelatihan seni Islami, edukasi sosial, pengenalan organisasi siswa, hingga kisah inspiratif para nabi dan ulama dapat membangun hubungan emosional siswa dengan madrasah.

Kegiatan bakti sosial, literasi keagamaan, hingga pembiasaan adab dalam pergaulan menjadi metode efektif untuk menanamkan nilai empati dan tanggung jawab sosial.

Peran Strategis Matsama dalam Membangun Kultur Madrasah Ramah Anak

Matsama tidak boleh sekadar dijadikan rutinitas tahunan atau kegiatan formal semata.

Matsama harus menjadi momen awal untuk membentuk kultur madrasah yang ramah anak, bebas dari kekerasan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Qur’ani.

Rangkaian kegiatan seperti pembiasaan menjaga kebersihan, motivasi akhlak, aktivitas seni, serta edukasi sosial menjadi fondasi penting dalam pendidikan karakter.

Melibatkan orang tua, alumni, dan tokoh masyarakat dalam suasana kekeluargaan dapat memperkuat ikatan emosional antara siswa dan madrasah.

Dengan demikian, madrasah dapat membuktikan bahwa pendidikan berbasis cinta dan humanisme Qur’ani mampu membentuk generasi cerdas, santun, dan berdaya pikir kritis.

Keberhasilan Matsama 2025 menjadi investasi jangka panjang untuk madrasah yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga dalam nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual.

Madrasah diharapkan tampil sebagai pelopor pendidikan karakter Islami yang unggul, modern, dan humanis di era kontemporer.

Penulis :
Ahmad Yusuf

Terpopuler