Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

NTB Siapkan Rencana Kontingensi Hadapi Bencana Alam dan Kecelakaan Turis di Gunung Rinjani dan Destinasi Wisata Lainnya

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

NTB Siapkan Rencana Kontingensi Hadapi Bencana Alam dan Kecelakaan Turis di Gunung Rinjani dan Destinasi Wisata Lainnya
Foto: Gubernur Nusa Tenggara Barat Lalu Muhamad Iqbal (kanan) memaparkan upaya pemerintah daerah dalam menyiapkan standarisasi pengelolaan destinasi wisata Gunung Rinjani di Kantor Bappeda NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat (sumber: Diskominfotik NTB)

Pantau - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah menyusun rencana kontingensi sebagai langkah antisipatif menghadapi berbagai situasi darurat akibat bencana alam maupun kecelakaan yang melibatkan wisatawan di sejumlah destinasi wisata, termasuk Gunung Rinjani.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyampaikan bahwa perencanaan ini penting karena NTB bukanlah wilayah yang asing terhadap bencana.

"Tidak ada bencana yang benar-benar baru. Kita sudah pernah alami gempa, angin kencang, dan banjir," ungkapnya dalam forum yang digelar di Kantor Bappeda NTB, Kota Mataram, Selasa.

Forum tersebut merupakan bagian dari penjaringan masukan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan Gunung Rinjani dengan standar global.

Iqbal menyatakan bahwa dokumen rencana kontingensi sangat diperlukan agar setiap pihak mengetahui tindakan apa yang harus diambil ketika terjadi keadaan darurat.

"Kalau ada orang mengalami kecelakaan, kami tahu bagaimana cara menolongnya," ia mengungkapkan.

Perluasan Rencana Kontingensi ke Seluruh Destinasi Wisata

Rencana kontingensi yang sedang dirancang ini tidak hanya fokus pada Gunung Rinjani, tetapi juga akan diterapkan di wilayah-wilayah wisata utama lainnya seperti Mandalika, Sembalun, dan Senggigi.

"Kami harus membuat rencana kontingensi bukan hanya di Gunung Rinjani. Kami harus membuat rencana kontingensi di Mandalika, kami harus membuat di Sembalun, dan kami harus membuat di Senggigi... memetakan apa saja potensi bencana dan apa yang harus dilakukan saat situasi darurat terjadi," ujar Iqbal.

Langkah ini diambil dengan belajar dari pengalaman terdahulu, seperti gempa bumi besar yang mengguncang Lombok pada tahun 2018 dan insiden kecelakaan fatal yang menimpa sejumlah turis asing di Gunung Rinjani pada pertengahan 2025.

Menurut Iqbal, NTB adalah daerah yang sangat aktif mempromosikan kunjungan wisata, tetapi masih memiliki kekurangan dalam hal kesiapan menghadapi kondisi darurat.

"Saya cek, kita tidak punya sama sekali rencana kontingensi untuk setiap skenario bencana yang terjadi," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa tanggung jawab terbesar pemerintah adalah menjamin keselamatan penduduk lokal maupun wisatawan yang datang dari berbagai daerah dan negara.

Kunjungan Wisatawan Tinggi, Tapi Durasi Menginap Pendek

Sepanjang tahun 2024, Dinas Pariwisata NTB mencatat jumlah kunjungan wisatawan mencapai 3,65 juta orang, terdiri dari 3,22 juta wisatawan domestik dan 431.532 wisatawan mancanegara.

Meski angka kunjungan tinggi, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa rata-rata lama menginap wisatawan di hotel berbintang dan non-bintang di NTB masih di bawah dua hari.

Rencana kontingensi yang disusun akan mencakup langkah-langkah yang harus dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non-pemerintah, untuk meminimalkan dampak dari bencana atau keadaan darurat yang terjadi secara mendadak.

Penulis :
Arian Mesa