
Pantau - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa kasus keracunan massal yang terjadi di SMPN 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, tidak disebabkan oleh makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pernyataan ini disampaikan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) melakukan pengecekan terhadap sampel makanan yang disediakan dalam program MBG.
Dadan menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi ANTARA Heritage Center di Jakarta Pusat pada Rabu, 30 Juli 2025.
Kronologi dan Tindakan Cepat BGN
Peristiwa keracunan bermula pada Senin, 21 Juli 2025, ketika BGN menyalurkan makanan MBG ke delapan sekolah di wilayah Kupang, termasuk SMPN 8.
Pada hari yang sama, sembilan siswa SMPN 8 mengalami gejala keracunan dan dilarikan ke rumah sakit.
Menanggapi insiden tersebut, BGN segera menghentikan penyaluran MBG ke SMPN 8 sejak Selasa, 22 Juli 2025.
"Siang ini kami dapat berita dari SMPN 8 Kupang itu, bahwa ada 15 anak yang keracunan, tetapi kan perlu diketahui, dari tanggal 22 Juli itu, MBG untuk SMPN 8 itu sudah kami hentikan. Jadi kan (siswa yang keracunan) tidak mungkin dari MBG, maka penyebab keracunan akhirnya kita bisa tahu bahwa itu bukan dari menu MBG," ungkapnya.
Pada tanggal yang sama, tujuh sekolah lain tetap menerima makanan MBG dan tidak ada laporan keracunan dari sekolah-sekolah tersebut.
Dadan menambahkan bahwa sampel makanan MBG selalu disimpan selama tiga hari di SPPG untuk keperluan pengujian laboratorium.
"Kami juga selalu menyimpan sampelnya selama tiga hari di SPPG, dicek oleh BPOM apakah ada dari sumber MBG atau tidak, ternyata tidak, namun saya juga tidak tahu apakah itu berasal dari sumber makanan lain atau bagaimana," ia mengungkapkan.
Komitmen Zero Accident dan Peningkatan SOP
Dadan menegaskan bahwa BGN menetapkan target zero accident dalam pelaksanaan program MBG.
"Target kami kan zero accident, karena setiap kali ada yang sakit pasti orang tua yang khawatir, kemudian kalau anak-anak tersakiti, ada kepercayaan publik yang tergores, oleh karena itu kami tingkatkan SOP-nya," ujarnya.
Peningkatan standar operasional prosedur dilakukan dari mulai pembelian bahan baku, proses pengolahan, hingga penyajian makanan.
BGN juga memastikan bahwa makanan MBG sampai ke siswa maksimal 30 menit setelah disiapkan di SPPG.
Sebelumnya, pada Selasa, 22 Juli 2025, sekitar 140 siswa SMPN 8 Kupang mengalami gejala seperti muntah, diare, nyeri perut hebat, dan lemas, setelah mengonsumsi makanan yang diduga berasal dari program MBG pada Senin pagi.
Pemerintah Kota Kupang memastikan penanganan medis yang optimal bagi siswa-siswa tersebut.
"Yang paling utama sekarang adalah keselamatan anak-anak kita. Jangan dulu sibuk mencari siapa salah, siapa benar, sementara anak-anak sedang butuh pertolongan medis. Mereka butuh infus, butuh stabilisasi. Itu yang paling penting saat ini," ungkap salah satu pejabat daerah.
Para siswa yang terdampak dirawat di tiga rumah sakit, yaitu RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Siloam.
Wali Kota Kupang bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) juga turut meninjau langsung kondisi siswa di rumah sakit.
- Penulis :
- Arian Mesa