
Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk mengambil peran strategis dalam membangun kembali peradaban Islam dengan pendekatan sintesis antara ilmu pengetahuan dan agama di era digital.
"*Dari golden age ke era digital, kita harus siap membangun kembali sintesis besar antara sains dan agama. Inilah esensi Islam yang rahmatan lil ‘alamin", ungkap Menag.
Ia menegaskan bahwa perguruan tinggi yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi secara proaktif akan menjadi pelopor kemajuan umat dan peradaban.
Untuk itu, kampus diharapkan tidak tertinggal dalam transformasi digital dan harus terus berinovasi dalam mengembangkan ilmu berbasis nilai-nilai keislaman.
Refleksi Sejarah dan Tantangan Umat Islam Saat Ini
Dalam pidatonya, Menag kembali mengulas sejarah kejayaan Islam yang dikenal sebagai the golden age, berlangsung dari abad ke-6 hingga ke-12 Masehi, yang ditandai dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan berkembangnya integrasi antara sains dan agama.
"Wahyu pertama yang turun adalah Iqra’, bacalah. Ini menjadi simbol lahirnya peradaban baru, di mana sains dan agama bersatu. Pada masa itu, ilmuwan Muslim seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, hingga Ibnu Rusyd tidak hanya ahli di bidang agama, tapi juga di sains dan filsafat", ujarnya.
Ia menyebut semangat keilmuan dan keterbukaan itulah yang mengantarkan Islam ke puncak kejayaan global.
Namun menurut Menag, fase gemilang tersebut mulai meredup sejak penaklukan Baghdad oleh bangsa Mongol pada abad ke-13.
"Setelah itu, peradaban Islam cenderung mengalami stagnasi. Turki Usmani yang menjadi pusat peradaban Islam kala itu, lebih fokus pada militer dan politik. Kajian keilmuan menjadi parsial dan terlalu didominasi fikih. Sains nyaris tidak berkembang", jelasnya.
Menag menilai warisan pasca-penaklukan Mongol itu masih memengaruhi kondisi keilmuan umat Islam hingga saat ini.
"Tantangan kita sekarang adalah bagaimana mengaktualisasikan kembali semangat Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban. Islam yang menggabungkan spiritualitas dan rasionalitas, iman dan ilmu pengetahuan", ia menambahkan.
- Penulis :
- Aditya Yohan