
Pantau - Microsoft bersama Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) meluncurkan program pelatihan nasional bertajuk elevAIte Indonesia yang bertujuan membekali 1 juta masyarakat dengan keterampilan kecerdasan buatan (AI), dan dalam waktu delapan bulan, program ini berhasil menjangkau lebih dari 1,2 juta peserta dari seluruh Indonesia.
Program Inklusif untuk Semua Kalangan
Program elevAIte Indonesia terbuka untuk pelajar, guru, aparatur sipil negara (ASN), pelaku UMKM, dan masyarakat umum dari latar belakang non-teknis.
AI National Skills Director Microsoft, Arief Suseno, menyatakan, "Program elevAIte Indonesia bukan hanya soal angka atau kecepatan, tapi tentang memastikan semua orang, di mana pun mereka berada, bisa merasakan manfaat dari kemajuan digital," ungkapnya.
Dari 1,2 juta peserta yang terdaftar, sekitar 695 ribu telah dilatih sebagai talenta digital dan 403 ribu di antaranya berhasil memperoleh sertifikasi resmi.
Komposisi peserta terbagi dalam beberapa sektor, antara lain individu (168.013 orang), edukasi (762.209 orang), komunitas (252.598 orang), pemerintah (115.078 orang), dan industri (53.344 orang).
"Semua ini bisa terwujud berkat kolaborasi erat dengan para mitra dan pihak-pihak yang terus mendorong akses pembelajaran yang lebih inklusif di seluruh Indonesia,” ujar Arief.
Untuk memperluas jangkauan, program ini bekerja sama dengan 22 mitra dari sektor LSM, pendidikan, pemerintah daerah, dan industri.
Format pelatihan mencakup modul daring dalam bahasa Indonesia, sesi tatap muka di komunitas, hackathon, promptathon, serta kanal pembelajaran fleksibel yang sesuai dengan berbagai tingkat literasi digital.
Cerita Inspiratif dari Peserta Program
Untuk menarik minat generasi muda, program ini juga mengintegrasikan Minecraft Education di beberapa sekolah dasar dan menengah sebagai sarana pengenalan coding dan AI secara visual dan kolaboratif.
"Mencapai lebih dari satu juta peserta tentu merupakan pencapaian besar. Namun yang paling menginspirasi adalah bagaimana semangat belajar ini berkembang menjadi gerakan yang lebih luas, dipimpin langsung oleh para pelajar dan komunitas yang mereka bentuk," ujar Arief.
Salah satu peserta, Ahmad Zikrillah, guru IPA berusia 50 tahun, kini menerapkan AI dalam proses belajar mengajar.
Ia mempelajari keterampilan seperti DevOps, pembuatan situs web, machine learning, dan penggunaan Microsoft Copilot.
Ahmad juga menciptakan Kertas Digital—file HTML ringan berisi materi pembelajaran, gambar, dan video—yang dapat diakses murid secara luring lewat ponsel.
Peserta lainnya, Diana Putri, seorang ibu rumah tangga dari Sintang, Kalimantan Barat, memanfaatkan AI untuk parenting dan eksplorasi bisnis.
Ia menggunakan Copilot untuk merangkum informasi parenting dan mencari ide aktivitas kreatif bagi anak-anak, serta untuk riset ide usaha dan strategi pemasaran.
Selain pendidikan dan kewirausahaan, keterampilan AI juga digunakan dalam proyek lingkungan, seperti G-Connect dari tim Universitas Gadjah Mada (UGM), yang membangun sistem mitigasi bencana berbasis AI bersama komunitas lokal.
- Penulis :
- Arian Mesa