
Pantau - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai ekspedisi maritim bersama Second Institute of Oceanography (SIO) China dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mempelajari tumbukan lempeng Australia–Jawa dan dampaknya terhadap potensi bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami.
Penelitian di Palung Terdalam Samudra Hindia
Ekspedisi bertajuk Collision Process Between the Java and Australia and Its Impacts on Geohazard ini dilaksanakan di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), dekat palung terdalam Samudra Hindia yang mencapai kedalaman sekitar 7.200 meter dengan aktivitas tektonik sangat tinggi.
"Ekspedisi ini penting untuk mitigasi dan pengurangan risiko bencana laut, seperti tsunami besar yang pernah melanda Aceh," ungkap pihak BRIN.
Data yang dikumpulkan mencakup seismik dan resistivitas, dengan penggunaan 24 seismometer terapung untuk merekam gempa alam.
Peneliti juga memanfaatkan teknologi mutakhir berupa 30 unit ocean bottom seismometer (OBS) dan 30 unit ocean bottom electromagnetic (OBEM) yang ditempatkan di dasar laut.
Kapal riset berbobot 4.780 ton yang digunakan dilengkapi peralatan geofisika seperti air gun besar dan sumber elektromagnetik.
Kolaborasi Internasional dan Pengembangan SDM
Tim ekspedisi terdiri dari 22 peneliti asal China dan 10 peneliti Indonesia, termasuk mahasiswa dan teknisi.
"BRIN akan menyusun strategi baru untuk mempercepat peningkatan dan pengembangan SDM kelautan," kata perwakilan BRIN.
Selain riset geosains, ekspedisi ini juga bertujuan mengeksplorasi keanekaragaman hayati laut dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan.
Kapal berangkat dari Xiamen, China, pada 28 Juli 2025 dan tiba di Jakarta pada 5–6 Agustus 2025.
Proses akuisisi data dilakukan pada 13–25 Agustus 2025 dengan target menghasilkan data akurat untuk model mitigasi bencana geologi serta mendukung kebijakan eksplorasi sumber daya laut secara berkelanjutan.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti