Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menteri LH Ajak Mahasiswa Pascasarjana Jadi Motor Perubahan Hadapi Polycrisis

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Menteri LH Ajak Mahasiswa Pascasarjana Jadi Motor Perubahan Hadapi Polycrisis
Foto: Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq ketika menghadiri Orientasi​​​​​​​ Pendidikan dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Tahun Ajaran 2025/2026 di Malang, Jatim (sumber: KLH)

Pantau - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pentingnya peran intelektual, khususnya mahasiswa pascasarjana, dalam menghadapi polycrisis yang kini melanda dunia.

Dunia Hadapi Polycrisis

"Dunia saat ini tengah menghadapi apa yang disebut sebagai polycrisis, tumpang tindih krisis iklim, energi, pangan, kesehatan, hingga geopolitik yang saling memperkuat dampak satu sama lain," kata Hanif.

Polycrisis dipahami sebagai kondisi ketika berbagai krisis besar terjadi bersamaan dan memperburuk dampaknya, misalnya perubahan iklim yang memicu kerawanan pangan dan konflik sumber daya.

Hanif menekankan bahwa Indonesia tidak kebal dari ancaman ini.

Menurutnya, perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjana memiliki peran strategis sebagai motor perubahan di tengah ketidakpastian global.

Peran Intelektual dan Agenda Strategis Indonesia

Mengutip laporan UNEP 2024 Navigating New Horizons, Hanif menyampaikan bahwa dunia masih tertinggal jauh dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs 2030.

Untuk itu, dibutuhkan langkah nyata membangun resiliensi bangsa melalui kebijakan berbasis bukti, inovasi berkelanjutan, serta kolaborasi lintas sektor atau pentahelix.

"Indonesia sudah menargetkan agenda strategis seperti pencapaian FOLU Net Sink 2030, transisi energi berkeadilan, dan ekonomi sirkular. Semua ini membutuhkan kontribusi nyata dari kampus, baik dalam bentuk riset, inovasi teknologi hijau, maupun penguatan literasi publik," kata Hanif.

Dalam Orientasi Pendidikan dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Tahun Ajaran 2025/2026, Hanif menekankan pentingnya mahasiswa pascasarjana menjadi intelektual yang tidak hanya akademis, tetapi juga mampu menavigasi kompleksitas zaman.

Ia menyoroti transformasi menuju Industri 5.0 yang berpusat pada manusia, keberlanjutan, dan resiliensi.

Perguruan tinggi, menurutnya, harus menjadi pusat pengetahuan (knowledge hub) sekaligus etika publik agar perkembangan teknologi tidak menimbulkan kesenjangan baru, melainkan menjadi solusi kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan.

"Indonesia Emas 2045 hanya bisa diwujudkan apabila kita melahirkan intelektual pascasarjana yang profesional dalam bidangnya, berintegritas menjunjung etika, dan visioner melihat tren global," ujar Hanif.

Penulis :
Arian Mesa