
Pantau - Duta Siber Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Hugh Watson, menegaskan pentingnya diplomasi siber sebagai upaya mencegah konflik dan memperkuat ketahanan di dunia maya.
Diplomasi Siber Jadi Prioritas Australia
Dalam peluncuran Panduan dan Kursus Virtual Diplomasi Siber di Jakarta, Watson menyampaikan bahwa negara-negara harus memperkuat kerja sama internasional di dunia siber.
"Jadi, saat ini lebih penting dari sebelumnya bagi negara-negara untuk menjalankan diplomasi siber, membangun kerja sama, dialog, dan kepercayaan internasional guna mencegah konflik dan membangun ketahanan di dunia siber," ujarnya.
Acara tersebut diselenggarakan oleh ASEAN Study Center Universitas Indonesia (ASC UI) dan Australian Strategic Policy Institute (ASPI).
Watson menyebut bahwa lingkungan internasional kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks, termasuk persaingan strategis di dunia maya dan pemanfaatan teknologi penting.
Menurutnya, diplomasi siber dibutuhkan untuk membangun kesepahaman antarnegara dalam menghadapi ancaman bersama, baik di ranah digital maupun sektor lain yang bergantung pada teknologi siber.
Ia menekankan bahwa Indonesia dan Australia dapat memajukan kepentingan nasional, regional, dan global dalam keamanan serta peluang kemakmuran melalui kerja sama di dunia maya dan ekonomi digital global.
"Diplomasi siber dan teknologi kritis merupakan fondasi keamanan nasional kami, perlindungan dan perwujudan hak asasi manusia dan kebebasan, kemakmuran ekonomi global, pembangunan berkelanjutan, dan stabilitas internasional," kata Watson.
Melalui strategi keamanan siber nasional 2023–2030, Australia berkomitmen memperkuat ketahanan kolektif dan bekerja sama dengan mitra regional menghadapi ancaman dunia siber.
Indonesia–Australia Perkuat Kapasitas Siber
Watson menegaskan bahwa Indonesia adalah mitra terdekat dan terpenting bagi Australia dalam membangun ketangguhan kawasan terhadap potensi serangan siber.
Dengan kerja sama ini, negara-negara di kawasan diharapkan mampu menghadapi ancaman penyalahgunaan teknologi kritis sekaligus memaksimalkan manfaatnya.
Ia menilai kursus diplomasi siber yang digelar ASC UI dan ASPI menjadi contoh nyata kolaborasi praktis kedua negara untuk memperkuat kapasitas kawasan.
Melalui kursus tersebut, Indonesia dan Australia ingin memastikan semua negara siap menghadapi tantangan digital, menghindari konflik, serta mengamankan manfaat bersama.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI, Semiarto Aji Purwanto, menambahkan bahwa diplomasi siber harus dibangun di atas dasar saling menghormati, saling percaya, dan komitmen bersama.
"Jadi, ancaman seperti serangan ransomware, kampanye misinformasi, dan jenis kekayaan intelektual lainnya tidak menghargai kemajuan nasional," katanya.
Semiarto menegaskan bahwa ancaman tersebut merupakan tantangan kolektif yang membutuhkan solusi bersama.
"Di sinilah diplomasi siber menjadi alat yang paling ampuh. Dan dalam lanskap digital yang berkembang pesat ini, dialog tetap menjadi landasan kemitraan kita," ujarnya.
- Penulis :
- Arian Mesa








