
Pantau - Kualitas udara di DKI Jakarta pada Jumat pagi tercatat sebagai yang keempat terburuk di dunia berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir.
Pada pukul 06.20 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta berada di angka 153 dengan konsentrasi partikel halus (PM2.5), yang termasuk dalam kategori tidak sehat.
Posisi pertama kota dengan kualitas udara terburuk diduduki oleh Doha, Qatar dengan AQI mencapai 280.
Di peringkat kedua adalah Kampala, Uganda (AQI 177), disusul Kinshasa, Kongo (AQI 158) di peringkat ketiga.
DLH Akan Tambah SPKU dan Sensor Udara Berbiaya Rendah
Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan akan meniru langkah kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.
"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat," ungkap Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dalam pernyataan yang disampaikan pada 18 Maret 2025.
Asep menegaskan pentingnya keterbukaan data dalam upaya memperbaiki kualitas udara secara sistematis.
"Maka penyampaian data polusi udara harus terbuka agar intervensi dapat dilakukan secara efektif. Kendati demikian, dia menilai intervensi tersebut tidak hanya bersifat sesaat, tetapi berkelanjutan dan luar biasa agar masalah pencemaran udara dapat teratasi sepenuhnya," ujarnya.
DLH DKI Jakarta juga menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) untuk memperluas dan meningkatkan akurasi pemantauan udara di wilayah Jakarta.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti