billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

IDAI Soroti Pentingnya Konsep WASHED untuk Cegah Kecacingan Anak, Kasus Kematian di Sukabumi Jadi Pengingat

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

IDAI Soroti Pentingnya Konsep WASHED untuk Cegah Kecacingan Anak, Kasus Kematian di Sukabumi Jadi Pengingat
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Pemasangan tangki septik atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Pondok Labu untuk mewujudkan Jakarta Selatan sebagai kawasan bebas BAB sembarangan, Jakarta, Selasa (18/3/2025). ANTARA/Luthfia Miranda Putri)

Pantau - Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Riyadi, SpA, Subsp. IPT(K), MKes, menekankan pentingnya penerapan konsep WASHED yang digagas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai upaya komprehensif untuk mencegah kecacingan, terutama pada anak-anak.

WASHED merupakan akronim dari Water, Sanitation, Hygiene Education, dan Deworming.

"Pemerintah Indonesia juga telah menjalankan konsep WASHED, maka dari itu keluarlah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 15 tahun 2017 yang menginduk pada program dari 2001 yang WHO galakkan tersebut," jelas dr. Riyadi.

Konsep WASHED mencakup empat unsur pokok:

  • Water: penyediaan akses air bersih untuk mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dan membersihkan bahan makanan.
  • Sanitation: penyediaan jamban bersih untuk mencegah penyebaran infeksi cacing dari kotoran manusia.
  • Hygiene Education: edukasi sejak dini agar masyarakat membentuk kebiasaan higienis untuk mencegah infeksi cacing.
  • Deworming: pemberian obat cacing secara berkala pada kelompok rentan untuk menurunkan prevalensi kecacingan.

Prevalensi Masih Tinggi, Kolaborasi Lintas Sektor Diperlukan

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2015, prevalensi kecacingan di Indonesia mencapai 28,12 persen.

Sekitar 60 persen kasus ditemukan pada anak usia sekolah dan 30 persen pada anak usia prasekolah.

Permenkes Nomor 15 Tahun 2017 menetapkan anak usia 1–12 tahun sebagai kelompok prioritas dalam program nasional Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Kecacingan yang dilakukan setiap Februari dan Agustus.

Target utama program ini adalah menurunkan angka kecacingan anak secara bertahap hingga prevalensi di bawah 10 persen di seluruh kabupaten/kota.

Namun, pada tahun 2021, meskipun program telah berjalan selama empat tahun, masih terdapat 26 kabupaten/kota yang prevalensi kecacingannya berada di atas 10 persen.

Sebaliknya, 66 kabupaten/kota tercatat sudah berhasil menurunkan angka kecacingan hingga di bawah 5 persen.

Riyadi menilai perlunya kolaborasi antarpemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, sektor pendidikan, serta masyarakat untuk memperkuat penerapan WASHED.

"Jadi yang bisa saya sampaikan adalah bahwa penanganan kecacingan perlu peran aktif lintas sektoral. Kepatuhan partisipasi aktif, program pemerintah, khususnya pencegahan pertumbuhan infeksi, harus menjadi prioritas di masyarakat," tegasnya.

Ia juga mendorong peningkatan edukasi PHBS, peningkatan kapasitas SDM, serta penyediaan sarana deteksi kecacingan di daerah.

Kematian Anak di Sukabumi Jadi Pengingat Nyata

Data WHO tahun 2023 menunjukkan bahwa sebanyak 1,5 miliar orang di dunia menderita kecacingan.

Infeksi ini mayoritas disebabkan oleh jenis cacing yang penularannya melalui tanah, seperti cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing isap.

Kasus kecacingan yang mengejutkan terjadi baru-baru ini di Sukabumi, Jawa Barat.

Seorang anak berusia 4 tahun meninggal dunia pada 22 Juli 2025 setelah ditemukan cacing hidup seberat 1 kilogram di dalam tubuhnya, bahkan telah menyebar ke otak.

Kejadian tragis ini memperkuat urgensi penguatan program pencegahan kecacingan melalui pendekatan menyeluruh berbasis WASHED.

Penulis :
Aditya Yohan