
Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengalihkan sebagian gas yang sebelumnya diekspor untuk memenuhi kebutuhan domestik, menyusul kelangkaan pasokan di Jawa Barat dan sebagian Sumatera.
Gas Ekspor Dialihkan untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Bahlil menyatakan, "Jadi, sebagian yang dari ekspor kita tidak lakukan, kita masukkan terus gas yang baru muncul juga, kemudian kita suplai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri."
Kelangkaan gas terjadi akibat ledakan di sumur minyak atau Gasline CO2 Removal Stasiun Pengumpul Subang, Desa Cidahu, Jawa Barat pada awal Agustus.
Namun, Bahlil menegaskan masalah tersebut sudah terselesaikan.
"Kita sudah dapat alokasinya, sudah ada. Sudah clear," ujarnya.
Dampak ke Industri dan Upaya Stabilisasi
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif menyebut pengetatan pasokan gas dalam program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ditambah surcharge tinggi sebesar 16,77 dolar AS per MMBTU sangat memberatkan industri padat energi seperti keramik, kaca, baja, pupuk, petrokimia, dan oleokimia.
Pada 17 Agustus 2025, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan stabilisasi pasokan gas di Jawa Barat dan sebagian Sumatera.
Stabilisasi ini dilakukan melalui kerja sama PGN dengan Kementerian ESDM, SKK Migas, dan PT Pertamina (Persero).
Tekanan gas di jaringan pipa berangsur stabil setelah adanya tambahan gas yang dialokasikan untuk mengisi stok dalam infrastruktur pipa.
- Penulis :
- Aditya Yohan