
Pantau - Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa proses kajian penggabungan maskapai Pelita Air dengan Garuda Indonesia dilakukan sepenuhnya di Danantara, bukan di Kementerian BUMN.
Kajian Penggabungan Maskapai di Danantara
Erick menyatakan, "Kami dari kementerian BUMN mengikuti nanti kebijakan yang akan dilakukan Danantara. Kalau kami, cuma menyetujui (approval) di ujungnya saja. Jadi, proses kajian itu ada di Danantara," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pada prinsipnya Kementerian BUMN mendukung langkah yang ditempuh Danantara, dengan catatan persetujuan akhir tetap berada di kementerian.
"Proses kajian, benchmarking, semuanya bukan di kami lagi," tegas Erick.
Rencana penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia muncul setelah PT Pertamina (Persero) memutuskan fokus pada bisnis inti, yakni migas dan energi terbarukan.
Dengan strategi tersebut, lini usaha di luar bisnis inti akan dilepas atau digabungkan dengan perusahaan sejenis sesuai roadmap yang dikendalikan Danantara.
Selain Pelita Air, Pertamina juga menyiapkan langkah serupa pada anak usaha di sektor asuransi, kesehatan, hospitality, hingga Patra Jasa.
Restrukturisasi Besar Pertamina
Pertamina juga berencana menggabungkan tiga anak usahanya, yaitu Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina International Shipping (PIS), dan Pertamina Patra Niaga (PPN), dengan target penyelesaian pada akhir 2025.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menjelaskan kondisi global membuat permintaan minyak menurun, sementara produksi kilang meningkat akibat banyaknya kilang baru.
Simon menekankan bahwa menurunnya margin keuntungan yang diperoleh Kilang Pertamina Internasional berdampak langsung pada kinerja Pertamina secara keseluruhan.
Agar bisa beroperasi lebih efektif, Pertamina berencana menggabungkan entitas KPI, PIS, dan PPN.
- Penulis :
- Arian Mesa