Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Wamenperin Tegaskan Komitmen Industrialisasi Inklusif di Forum BRICS, Dorong Manufaktur Cerdas dan Kolaborasi Global

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Wamenperin Tegaskan Komitmen Industrialisasi Inklusif di Forum BRICS, Dorong Manufaktur Cerdas dan Kolaborasi Global
Foto: (Sumber: Wakil Menteri Perindustrian RI Faisol Riza mewakili Menteri Perindustrian RI, hadir dalam BRICS PartNIR Opening Ceremony di Xiamen, China, Selasa (16/9/2025). ANTARA/HO-Kemenperin/am.)

Pantau - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) RI, Faisol Riza, menegaskan komitmen Indonesia dalam membangun industrialisasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis inovasi dalam Forum BRICS PartNIR 2025 yang digelar di Xiamen, China, pada 15–16 September 2025.

Strategi Industri Nasional: Hilirisasi hingga Manufaktur Cerdas

Dalam pidatonya, Faisol menyatakan pentingnya keterlibatan negara berkembang dalam membentuk masa depan industri global dan rantai pasok dunia.

"Bahwa industrialisasi harus berjalan beriringan dengan inklusivitas, keadilan, dan keberlanjutan, sekaligus memastikan bahwa suara negara berkembang ikut menentukan masa depan industri dan rantai pasok global", ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk memperkuat daya saing industri manufaktur, mempercepat adopsi digital, dan membangun ekonomi berbasis inovasi.

Faisol juga mengangkat Deklarasi Rio de Janeiro yang menyerukan kerja sama negara-negara Global South demi tata kelola industri global yang adil dan berkelanjutan.

Wamenperin memaparkan kinerja industri manufaktur yang menjadi pilar ekonomi Indonesia.

Pada triwulan II tahun 2025, industri manufaktur nonmigas tumbuh sebesar 5,60 persen (yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12 persen.

Kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional tercatat sebesar 16,92 persen.

Sebagai upaya memperkuat sektor industri, Wamenperin memaparkan Strategi Baru Industri Nasional (SBIN) yang memiliki empat pilar utama:

Percepatan hilirisasi SDA, seperti nikel, tembaga, dan bauksit, untuk menciptakan nilai tambah, memperkuat ekspor, dan menarik investasi.

Pengembangan industri hijau, mendukung target net zero emission 2060 melalui transisi energi bersih, ekonomi sirkular, dan kawasan industri rendah karbon.

Digitalisasi industri melalui adopsi teknologi Industri 4.0 seperti Artificial Intelligence, Internet of Things, dan cloud computing.

Penguatan SDM industri berbasis kompetensi, melalui pendidikan vokasi, platform pembelajaran digital, dan kesiapan menghadapi transformasi teknologi.

"Dengan empat pilar strategi ini, Indonesia berkomitmen membangun manufaktur cerdas, memperluas adopsi teknologi digital seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, dan cloud computing. Bagi kami, manufaktur cerdas bukan sekadar efisiensi, melainkan juga jalan menuju ketahanan, keberlanjutan, dan inklusivitas", ujar Faisol.

Kerja Sama BRICS untuk Kemandirian Industri dan Ekonomi Hijau

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII), Tri Supondy, menyampaikan bahwa Indonesia terus mendorong pengembangan ekosistem industri digital yang tangguh dan riset material yang mendalam.

Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam memperkuat ketahanan energi nasional.

Tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi, menurunkan emisi karbon, dan memperkuat posisi industri nasional dalam ekonomi hijau.

"Kolaborasi dengan negara-negara BRICS akan mempercepat riset, inovasi, dan berbagi pengetahuan dalam mendukung transformasi industri global menuju ekonomi hijau dan inklusif", ungkap Tri.

Dalam forum BRICS tersebut, sektor farmasi dan alat kesehatan juga menjadi bahasan penting.

Tri menjelaskan bahwa industri farmasi Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam satu dekade terakhir, terutama dalam produksi formulasi kimia.

Namun, masih terdapat tantangan seperti ketergantungan pada impor bahan baku obat aktif dan keterbatasan kapasitas produksi obat biologis.

Ia menegaskan pentingnya kolaborasi dengan negara-negara BRICS untuk memperkuat kapasitas domestik dan membangun ketahanan sektor farmasi nasional.

Indonesia, tambahnya, siap menjadi bagian aktif dalam kemitraan BRICS ke depan.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan