
Pantau - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti resmi menutup Pelatihan Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) Angkatan 2 Tahun 2025 di Kantor BBGTK Provinsi Jawa Barat pada Selasa, 23 September 2025, dengan pesan kuat kepada para peserta untuk menjadi pemimpin yang melayani dan adaptif.
Kepala Sekolah Harus Jadi Otak, Mata, dan Pendengar Sekolah
Dalam sambutannya, Abdul Mu’ti menyampaikan pesan kepada 431 calon kepala sekolah untuk mengemban tugas sebagai pemimpin yang melayani atau servant leadership.
"Kepala sekolah itu senantiasa memiliki komitmen sebagai pemimpin yang melayani, servant leadership. Sikap dimana kita menjadikan profesi kita ini untuk memberi yang bermanfaat bagi orang lain. Orientasi melayani, orientasi memberi," katanya.
Ia menekankan bahwa kepala sekolah adalah otak dari lembaga pendidikan yang bertugas menentukan arah dan strategi pembelajaran.
"Ibarat tubuh, kepala sekolah itu ya kepalanya yang menentukan bagaimana citra sekolahan secara keseluruhan dan yang menentukan kemana arah pendidikan satu-satuan pendidikan," ujarnya.
Mu’ti juga mengingatkan pentingnya sikap rendah hati dan menjauhi keserakahan dalam menjalankan peran kepemimpinan.
"Begitu sudah jadi orang yang rakus, tidak akan pernah merasa cukup. Kalau orientasi melayani, semua pekerjaan itu menjadi menyenangkan," imbuhnya.
Menurutnya, kepala sekolah bukan sekadar manajer administratif, tetapi pemimpin strategis yang harus mampu menjadi mata yang memiliki visi, telinga yang mendengar masukan, dan mulut yang menyampaikan gagasan secara efektif.
Pemimpin Agile untuk Pendidikan Masa Depan
Abdul Mu’ti menekankan pentingnya karakter agile dalam diri seorang kepala sekolah, terutama dalam menghadapi dinamika pendidikan yang terus berubah.
"Pemimpin yang agile itu pemimpin yang tidak mudah goyah oleh guncangan. Dia bisa bertahan dan bisa adaptif. Agile itu kira-kira kalau ditiup ke kiri, dia goyah ke kiri. Dia goyah ke kanan, dia goyah ke kanan. Tapi dia tetap punya visi, dia tidak tumbang. Itu agile. Karena pemimpin itu memang harus siap berubah," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa seorang kepala sekolah tidak boleh menjadi pemimpin yang biasa-biasa saja, melainkan harus memiliki daya tahan dan kepekaan terhadap perubahan lingkungan pendidikan.
Mu’ti berharap 431 calon kepala sekolah yang telah mengikuti pelatihan ini dapat menjalankan amanah dengan semangat memberi manfaat bagi orang lain melalui profesinya.
Di kesempatan yang sama, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK) Kemendikdasmen, Iwan Junaedi, menyampaikan penurunan progres pemenuhan kebutuhan kepala sekolah secara nasional.
"Progres pemenuhan kebutuhan Kepala Sekolah Nasional, baik negeri maupun swasta telah menurun sekitar 51,55 persen," katanya.
Program Pelatihan BCKS ini diselenggarakan untuk mengatasi kekosongan jabatan kepala sekolah di berbagai satuan pendidikan, dengan menyiapkan calon pemimpin yang siap, kompeten, dan berorientasi pada mutu pendidikan.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti