Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Rupiah Diprediksi Melemah di Kisaran Rp16.680–Rp16.710, Investor Tunggu Data Inflasi PCE AS

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Rupiah Diprediksi Melemah di Kisaran Rp16.680–Rp16.710, Investor Tunggu Data Inflasi PCE AS
Foto: (Sumber: Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd/am.)

Pantau - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami pelemahan dalam kisaran sempit antara Rp16.680 hingga Rp16.710 pada perdagangan Rabu, 24 September 2025, seiring meningkatnya kehati-hatian investor terhadap sejumlah sentimen global.

Investor Bersikap Wait and See Jelang Rilis Data Inflasi AS

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah didorong oleh sikap wait and see investor menjelang rilis data inflasi inti Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat yang dijadwalkan pada Jumat malam, 26 September 2025.

"Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah kisaran sempit Rp16.680–Rp16.710, dipengaruhi oleh faktor global kenaikan indeks dolar sehubungan dengan wait and see data inflasi inti PCE AS yang akan rilis Jumat (26/9) malam," ujarnya.

Inflasi inti PCE untuk Agustus 2025 diperkirakan sebesar 0,2 persen, lebih rendah dari capaian bulan Juli yang tercatat 0,3 persen.

Menurut Rully, indeks dolar menguat karena pasar menantikan arah kebijakan moneter The Fed yang akan sangat bergantung pada hasil inflasi tersebut.

Ketidakpastian The Fed dan Sentimen Domestik Tekan Rupiah

Sentimen negatif terhadap rupiah juga diperburuk oleh pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang dinilai kurang dovish terkait prospek penurunan suku bunga.

"Pernyataan Ketua The Fed yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga ke depan masih akan terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif, hal tersebut semakin memperuncing perpecahan dengan anggota The Fed yang lain yang menginginkan penurunan suku bunga lanjutan, serta menambah ketidakpastian kebijakan suku bunga ke depan," jelas Rully.

Selain faktor eksternal, kekhawatiran dari dalam negeri juga menekan pergerakan rupiah.

"Apa yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah posisi defisit anggaran yang saat ini sudah mendekati batas threshold di 3 persen," kata Rully.

Ia juga menyinggung adanya kekhawatiran pasar terhadap independensi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter di tengah tekanan fiskal.

Meskipun demikian, rupiah sempat dibuka menguat tipis sebesar 4 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.684 per dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya di Rp16.688 per dolar AS.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan