
Pantau - Presiden Prabowo Subianto langsung memberikan arahan teknis kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setelah insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa lebih dari 5.000 anak di berbagai wilayah.
Rapat Darurat Setelah Insiden MBG
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menjelaskan bahwa rapat khusus mengenai MBG digelar pada Sabtu (27/9) malam, hanya beberapa jam setelah Presiden tiba di Jakarta.
"Jadi terus terang berkenaan dengan masalah MBG sejak kemarin Beliau mendarat di Halim, Beliau memanggil beberapa menteri khusus berkenaan dengan MBG, di BBGN, kemudian juga Beliau langsung memberikan petunjuk-petunjuk terhadap perbaikannya sehingga hari ini dipimpin oleh Menko Pangan mengadakan rapat di Kementerian Kesehatan untuk tadi bahwa paling utama adalah keselamatan anak-anak kita," ungkapnya.
Prasetyo menambahkan bahwa hasil rapat koordinasi di Kementerian Kesehatan telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo.
"Kasus ini menjadi perhatian serius, kami melaporkan hasil rapat kami tadi siang dengan rencana perbaikan ke depan terhadap tata kelola, dan di situ terus terang Bapak Presiden dari kemarin memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat detail, bahkan sangat teknis, misalnya berkenaan dengan masalah kedisiplinan prosedur, terutama masalah kebersihan yang itu berkaitannya dengan masalah air. Beliau sangat concern karena dari beberapa sampel yang sudah selesai itu salah satu penyebab utamanya adalah bakteri," jelasnya.
Data Nasional dan Langkah Lanjutan
Selain membahas MBG, Presiden Prabowo juga memanggil beberapa menteri untuk rapat terbatas di kediamannya. Rapat tersebut berlangsung selama tiga jam dan turut membahas program prioritas lain, seperti lifting minyak, revitalisasi tambak dan kampung nelayan, serta program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan bahwa sepanjang Januari–September 2025 terdapat 70 insiden keamanan pangan dengan total 5.914 penerima MBG terdampak.
Wilayah I (Sumatera) mencatat 9 kasus dengan 1.307 korban, termasuk di Kabupaten Lebong (Bengkulu) dan Kota Bandar Lampung (Lampung).
Wilayah II (Pulau Jawa) menjadi yang tertinggi dengan 41 kasus dan 3.610 penerima MBG terdampak.
Wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara) mencatat 20 kasus dengan 997 korban.
Penyebab utama keracunan adalah kontaminasi bakteri, antara lain e-coli pada air, nasi, tahu, dan ayam, staphylococcus aureus pada tempe dan bakso, salmonella pada ayam, telur, dan sayur, bacillus cereus pada mie, serta coliform, PB, klebsiella, dan proteus dari air yang terkontaminasi.
- Penulis :
- Shila Glorya