Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kinerja Solid APBN hingga Agustus 2025: Defisit Terkendali, Penerimaan Negara Tumbuh Didukung Optimalisasi Bea Cukai

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Kinerja Solid APBN hingga Agustus 2025: Defisit Terkendali, Penerimaan Negara Tumbuh Didukung Optimalisasi Bea Cukai
Foto: Ilustrasi - Penindakan barang ilegal (sumber: Dirtjen Bea Cukai)

Pantau - Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2025 menunjukkan hasil yang solid dengan defisit yang masih terkendali serta pertumbuhan positif pada sisi penerimaan negara.

APBN terus memainkan peran penting sebagai instrumen utama dalam mendukung program prioritas nasional dan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi.

Total pendapatan negara hingga Agustus 2025 tercatat sebesar Rp1.638,7 triliun atau mencapai 57,2 persen dari outlook yang telah ditetapkan dalam Laporan Semester (Lapsem).

Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp1.960,3 triliun atau 55,6 persen dari outlook Lapsem.

Dengan demikian, defisit APBN berada di kisaran Rp321,6 triliun atau 1,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Budi Prasetiyo, menegaskan bahwa capaian ini turut ditopang oleh peran Bea Cukai dalam optimalisasi penerimaan negara serta menjaga kelancaran arus perdagangan.

"Melalui penerimaan kepabeanan dan cukai, pengawasan yang efektif, serta pemberian fasilitas yang tepat sasaran, Bea Cukai terus berkontribusi mendukung APBN yang sehat dan bermanfaat bagi masyarakat," ungkapnya.

Pertumbuhan Penerimaan Negara dan Kontribusi Bea Cukai

Penerimaan perpajakan mencapai Rp1.330,4 triliun atau 55,7 persen terhadap outlook Lapsem, sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat sebesar Rp306,8 triliun atau 64,3 persen dari outlook.

Penerimaan dari sektor kepabeanan dan cukai menunjukkan pertumbuhan signifikan, dengan total Rp194,9 triliun atau 64,6 persen dari target, meningkat 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pada penerimaan bea keluar dan cukai.

"Bea Cukai berkontribusi dalam mendukung manfaat APBN melalui penerimaan kepabeanan dan cukai yang akan ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat," ia mengungkapkan.

Secara rinci, bea masuk tercatat sebesar Rp32,2 triliun atau 60,8 persen dari target APBN, mengalami kontraksi 5,1 persen dibanding tahun sebelumnya, akibat kebijakan perdagangan sektor pangan dan meningkatnya pemanfaatan Free Trade Agreement (FTA).

Bea keluar menunjukkan kinerja luar biasa sebesar Rp18,7 triliun atau 418,6 persen dari target, tumbuh 71,7 persen karena kenaikan harga crude palm oil (CPO) dan kebijakan ekspor konsentrat tembaga.

Cukai menyumbang Rp144 triliun atau 59 persen dari target APBN, naik 4,1 persen secara tahunan, meskipun produksi hasil tembakau mengalami penurunan sebesar 1,9 persen.

Penindakan Rokok Ilegal dan Narkotika Meningkat Tajam

Selain penerimaan, Bea Cukai juga aktif memperkuat fungsi pengawasan dalam upaya melindungi masyarakat dari peredaran barang ilegal.

"Capaian positif terwujud pula pada kinerja pengawasan, terutama dalam efektivitas penindakan rokok ilegal dan narkotika. Pengawasan ini merupakan bentuk upaya untuk melindungi masyarakat dan mengamankan perekonomian nasional dari barang ilegal dan penyelundupan," jelas Budi.

Hingga Agustus 2025, Bea Cukai mencatat 11.751 kasus penindakan terhadap rokok ilegal, dengan jumlah barang yang diamankan mencapai 699 juta batang atau meningkat 28,8 persen dibanding tahun lalu.

Nilai barang hasil penindakan tersebut mencapai Rp1,1 triliun dan memberikan tambahan penerimaan cukai sebesar Rp530 miliar.

Jenis pelanggaran yang paling banyak ditemukan adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) tanpa pita cukai.

Sementara itu, penindakan narkotika juga meningkat signifikan dengan 1.213 kasus, dan total barang bukti yang diamankan mencapai 10,3 ton, naik 97,7 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Sebagian besar barang bukti berasal dari jenis sabu dan ganja yang diselundupkan melalui jalur laut dan udara.

Budi menegaskan bahwa kombinasi antara penerimaan, pengawasan, dan fasilitas kepabeanan merupakan kontribusi nyata Bea Cukai dalam mendukung peran APBN sebagai alat fiskal utama pemerintah.

Tujuan utamanya adalah menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

"Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama semua pihak. Dukungan masyarakat dan pengguna jasa menjadi kekuatan utama bagi Bea Cukai dalam menjaga keberlanjutan fiskal dan memastikan APBN tetap hadir untuk kesejahteraan bersama," tutupnya.

Penulis :
Arian Mesa