
Pantau - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengungkapkan alasan di balik keputusan Indonesia keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yakni karena status Indonesia yang sudah berubah menjadi negara pengimpor minyak.
SBY menyampaikan hal tersebut dalam acara “Delivering Impactful Energy Transition” di Jakarta, Senin (6/10/2025).
Ia mengatakan, “Kalau mindsetnya itu kita ini kan kaya minyak, bisa berbuat apa saja, kita masuk OPEC The Organization of Petroleum Exporting Countries. Mindset itu, ketika kita menjadi net importer, pasti keliru,” ungkapnya.
Menurut SBY, keputusan keluar dari OPEC dilakukan pada masa pemerintahannya karena keanggotaan Indonesia di organisasi tersebut tidak lagi relevan dengan kondisi energi nasional saat itu.
Produksi Minyak Terus Menurun Sejak Akhir 1990-an
SBY menjelaskan bahwa saat dirinya masih menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999, produksi minyak Indonesia masih mencapai 1,5 juta barel per hari (bph).
Namun, produksi minyak nasional terus menurun secara bertahap hingga kini, menandakan ketergantungan terhadap sumber daya minyak tidak lagi menjadi kekuatan utama Indonesia.
“Jadi buang pemikiran bahwa kita kaya minyak, tergantung ke minyak bumi, dan sebagainya. Itu yang menghambat,” tegas SBY.
Ia juga mendorong agar Indonesia segera mempercepat transisi menuju energi baru dan terbarukan.
“Kita harus shift betul, pindah ke yang sifatnya renewable, betul-betul renewable,” ujarnya.
Produksi Migas 2025 Lampaui Target APBN
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa produksi minyak nasional pada Juni 2025 mencapai 608,1 MBOEPD atau 100,5 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 605 MBOEPD.
Menteri ESDM Bahlil Lahadala menyebutkan, rata-rata produksi minyak semester I 2025 sebesar 602,4 MBOPD atau 99,5 persen dari target.
Ia menuturkan bahwa sejak tahun 2008 hingga 2024, target lifting minyak yang ditetapkan Kementerian ESDM tidak pernah tercapai.
“Kita lihat Januari di 599,6 sampai Juni sudah 608,1 BOPD. Target APBN 605. Ini terjadi kenapa? Banyak orang mengatakan enggak mungkin tercapai APBN,” kata Bahlil.
Produksi gas bumi pada Juni 2025 juga mencapai 1.146,4 MBOEPD atau 114 persen dari target, dengan rata-rata semester I sebesar 1.199,7 MBOEPD.
Secara keseluruhan, akumulasi produksi minyak dan gas bumi semester I 2025 mencapai 1.754,5 MBOEPD, melampaui target APBN 2025 sebesar 1.610 MBOEPD atau 111,9 persen di atas target.
- Penulis :
- Leon Weldrick