
Pantau - Kepala Sekolah SMA Rakyat 10 Jakarta, Ratu Mulyanengsih, mengungkapkan kebanggaannya memimpin lembaga pendidikan yang memiliki misi sosial kuat dalam memutus rantai kemiskinan dan kekerasan di kalangan remaja.
Ia mengaku awalnya sempat terkejut dengan tantangan besar yang dihadapi, karena karakteristik siswa di sekolah rakyat jauh berbeda dengan siswa di sekolah reguler.
“Sejak saya bertugas pada 14 Juli, ada 100 siswa dengan latar belakang yang sangat beragam — 59 putra dan 41 putri,” ujarnya.
Berdasarkan asesmen awal, sekitar 20 siswa diketahui menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagian besar mengalami masalah kesehatan serta kondisi sosial yang rentan.
Ratu menjelaskan, banyak siswanya berasal dari lingkungan yang keras, termasuk keluarga dengan riwayat kriminalitas dan narkoba. Bahkan, sebagian merupakan remaja putus sekolah karena konflik atau kehilangan motivasi belajar.
“Anak-anak ini tumbuh di lingkungan yang kurang mendidik, sehingga etos kerja dan motivasi mereka rendah. Namun kami ingin menumbuhkan semangat bahwa mereka bisa sukses,” katanya.
Terletak di kawasan Pondok Indah yang asri, SMA Rakyat 10 Jakarta diharapkan menjadi tempat aman dan kondusif bagi para siswa untuk memperbaiki masa depan mereka.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Tria Dianti