Tampilan mobile
FLOII Event 2025
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pakar UGM Usulkan Roadmap Evaluasi Bangunan Pesantren, Respons Tragedi Runtuhnya Mushalla di Sidoarjo

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pakar UGM Usulkan Roadmap Evaluasi Bangunan Pesantren, Respons Tragedi Runtuhnya Mushalla di Sidoarjo
Foto: (Sumber: Sejumlah petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz.)

Pantau - Pakar Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, mengusulkan agar pemerintah menyusun peta jalan (roadmap) nasional untuk mengevaluasi bangunan pesantren, menyusul ambruknya mushalla di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Ashar menilai tragedi yang menewaskan 67 orang tersebut harus menjadi momentum untuk memperkuat sistem keamanan bangunan publik, termasuk sarana pendidikan berbasis pesantren.

"Penting adanya langkah bersama dalam menyusun 'roadmap' evaluasi bangunan pendidikan dan pesantren. Walaupun, hal ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat," ungkapnya.

Peta Jalan Harus Libatkan Banyak Pihak

Ashar menjelaskan bahwa peta jalan tersebut harus disusun secara kolaboratif antara Kementerian Agama, kementerian teknis, Kementerian Pendidikan, serta organisasi kemasyarakatan yang menaungi pesantren.

Menurutnya, tragedi tersebut mengingatkan akan pentingnya kepatuhan terhadap peraturan teknis bangunan gedung.

"Dalam kacamata sipil, bangunan publik sepatutnya memiliki kinerja yang sudah diatur dalam peraturan. Untuk memastikan kinerja itu tercapai, terdapat sejumlah tahapan yang harus dipenuhi, termasuk proses perizinan melalui Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)," jelasnya.

Sejak diberlakukannya PP Nomor 16 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung, tahapan evaluasi sudah ditetapkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga fungsi bangunan.

"Ketika proses ini dilewati, maka tidak ada yang memeriksa struktur dan kekuatan bangunan dengan sesuai. Akibatnya, kinerja bangunan bisa jauh dari standar keselamatan yang seharusnya," tegas Ashar.

Bangunan Digunakan Saat Konstruksi Belum Selesai

Ashar menduga mushalla yang ambruk kemungkinan besar masih dalam tahap konstruksi namun sudah digunakan untuk aktivitas.

Kondisi ini sangat berisiko karena struktur bangunan belum sepenuhnya stabil.

Ia juga menyebut bahwa proses pengecoran kemungkinan belum selesai, sementara bangunan sudah dimanfaatkan tanpa penopang yang cukup.

Faktor lain yang memperparah adalah adanya penambahan lantai tanpa perhitungan ulang kekuatan struktur bangunan.

"Bangunan yang tadinya hanya satu lantai kemudian ditambah-tambah tentu saja kapasitasnya tidak mampu," ujarnya.

Pentingnya Perencanaan, Pengawasan, dan Standar Material

Ashar menyampaikan bahwa baik struktur beton maupun baja tetap sah digunakan asalkan sesuai dengan standar teknis dan kinerja yang diharapkan.

Menurutnya, material baja unggul dari sisi konsistensi mutu karena diproduksi secara industri dan telah distandarisasi.

"Keduanya tetap sah digunakan asalkan perencanaannya tepat dan pengawasannya benar," jelasnya.

Ia menekankan bahwa aspek keselamatan para santri tidak boleh dianggap sebagai takdir.

"Terlebih aspek keselamatan, tidak boleh dianggap takdir, melainkan dapat dicegah melalui perencanaan dan pengawasan yang baik," pungkasnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf