
Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta seluruh pihak menjaga marwah pondok pesantren dan menghindari penyebaran narasi negatif yang dapat menimbulkan stigma terhadap lembaga pendidikan Islam tersebut.
Respons terhadap Tayangan yang Tuai Protes
Pernyataan ini disampaikan sebagai respons terhadap tayangan salah satu program Trans Media yang memuat narasi satir terkait kehidupan santri, yang menyebutkan bahwa “santri minum susu saja harus jongkok.”
Tayangan tersebut menuai kritik luas dari masyarakat karena dianggap melecehkan kesantunan pesantren dan merendahkan penghormatan kepada kiai.
Gelombang protes datang dari berbagai komunitas pesantren, termasuk Pondok Pesantren Lirboyo.
Para pengasuh pesantren dan masyarakat mendesak agar tayangan tersebut ditarik, disertai permintaan maaf terbuka dan klarifikasi langsung kepada para kiai.
Menanggapi protes tersebut, Trans Media telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik dan kepada para Kiai Pesantren Lirboyo.
Menurut Menag, budaya pesantren memiliki tradisi memaafkan yang kuat.
"Ya, saya kira itu yang sangat penting buat kita. Mudah-mudahan ini pembelajaran buat kita semuanya," ungkapnya.
Pesantren Adalah Pilar Peradaban dan Moral Bangsa
Menag menegaskan bahwa pondok pesantren telah berabad-abad menjadi bagian penting dari sejarah dan peradaban bangsa Indonesia.
“Saya merasa sangat kaget dan prihatin dengan pemberitaan yang menempatkan pesantren secara negatif. Sekian ratus tahun pondok pesantren berkiprah mendidik manusia Indonesia agar menjadi masyarakat yang beradab, hingga mengkristal dalam nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, melainkan pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan.
"Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan. Mari bersama menjaga marwahnya," tegas Menag.
Ia juga menyampaikan bahwa hari ini akan bertolak ke Jawa Timur untuk bersilaturahmi dengan sejumlah pondok pesantren.
“Saya hari ini akan ke Jawa Timur juga untuk bertemu dengan beberapa pondok pesantren,” ujarnya.
Menurut Nasaruddin, jasa pesantren bagi bangsa tidak bisa dianggap remeh karena sejak ratusan tahun lalu telah membentuk masyarakat yang santun, taat, dan beradab.
"Kalau mata hati kita melihat, apa yang terjadi di pondok pesantren sekarang ini justru hal yang berkebalikan dari citra negatif. Ada peningkatan yang sangat tajam, orang memasukkan anaknya ke pondok pesantren," jelasnya.
Tradisi pesantren, lanjutnya, mengajarkan kesantunan murid kepada kiai, yang berdampak pada lahirnya budaya hormat kepada orang tua, dan berujung pada rakyat yang berbakti kepada pemimpinnya.
“Di mana ada rakyat yang santun, di sana biasanya ada pemimpin yang berwibawa. Dan di mana ada pemimpin yang berwibawa, di sana ada rakyat yang santun. Suasana kebatinan seperti inilah yang dibentuk oleh pondok pesantren,” tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan