
Pantau - Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, menegaskan pentingnya pemanfaatan potensi besar ekosistem halal nasional dan global sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada tahun 2024, tercatat transaksi halal global mencapai Rp21 ribu triliun, namun Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 3,5 persen dari total tersebut.
“Halal bukan hanya semata urusan agama. Halal itu lifestyle. Halal itu sekarang menjadi modernization. Produk halal dipakai oleh semua agama. Halal adalah growth economic engine, mesin pertumbuhan ekonomi, dan dunia sekarang menjadikan halal seperti itu,” ujar Haikal.
Sertifikasi Halal Jadi Penggerak UMK dan Pariwisata
Produk halal kini telah menjadi bagian dari gaya hidup global, merepresentasikan standar kebersihan, kesehatan, dan kualitas.
Untuk mendorong pertumbuhan sektor ini, BPJPH memperluas sinergi lintas sektor, termasuk dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Fokus kerja sama ini adalah akselerasi sertifikasi halal bagi pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK), terutama di kawasan wisata.
“Sertifikasi halal adalah kunci peningkatan daya saing produk Indonesia. Kita ingin menjadikan halal bukan hanya label, tetapi nilai ekonomi yang menggerakkan kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor UMK dan pariwisata,” jelas Haikal.
Salah satu bentuk konkret dari kolaborasi BPJPH dan Kemenpar adalah penyerahan sertifikat halal bagi UMK di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
438 Produk UMK Telah Tersertifikasi, Target 1.500 Desa Wisata
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kolaborasi strategis BPJPH dan Kemenpar dalam program percepatan sertifikasi halal UMK di desa wisata.
Program ini telah dimulai sejak Juli 2025 melalui proyek percontohan di 20 desa wisata, termasuk Desa Wisata Pulau Penyengat.
Hingga 15 Oktober 2025, total terdapat 438 produk UMK dari desa wisata yang telah berhasil tersertifikasi halal.
Program ini akan diperluas ke 1.500 desa wisata di 15 provinsi untuk mendukung pencapaian Indonesia Muslim Travel Index 2025.
Widiyanti menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan tonggak penting dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi utama wisata ramah Muslim dunia.
Selain itu, program ini diharapkan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat lokal, khususnya di kawasan wisata unggulan seperti Pulau Penyengat.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf