billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kritik Tajam DPR terhadap Tayangan Trans7: Tidak Mendidik dan Tidak Pahami Nilai Pesantren

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Kritik Tajam DPR terhadap Tayangan Trans7: Tidak Mendidik dan Tidak Pahami Nilai Pesantren
Foto: (Sumber: Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanul Haq dalam pertemuan bersama Himpunan Alumni Santri Lirboyo, Kementerian Komunikasi dan Digital, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Trans 7, di Kompleks Parlemen. Foto: Mahendra/vel)

Pantau - Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanul Haq, melontarkan kritik keras terhadap program Exposé Uncensored yang ditayangkan oleh Trans7 karena dinilai menyinggung kehidupan pesantren secara tidak proporsional.

Ia menyebut program tersebut sebagai karya jurnalistik yang rendah dan tidak mendidik, serta tidak sesuai dengan prinsip dasar jurnalisme.

Menurut Maman, tayangan itu mencerminkan ketidaktahuan terhadap realitas sosial dan nilai-nilai luhur pesantren yang telah lama menjadi bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia.

"Ini bukan karya jurnalistik yang mendidik, tapi contoh buruk dari cherry picking narasi. Cerita sudah dibentuk dulu, baru dicocokkan dengan potongan fakta yang tidak utuh," ungkapnya.

Komisi VIII Desak KPI Audit Tayangan TV Nasional

Pernyataan tersebut disampaikan Maman dalam pertemuan di Ruang Rapat Komisi IV DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.

Pertemuan itu dihadiri oleh perwakilan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Direktur Utama Trans7, serta perwakilan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo.

Politisi Fraksi PKB tersebut menyatakan dukungan atas penghentian program Exposé Uncensored, namun menekankan bahwa KPI dan Komdigi harus melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh tayangan televisi nasional.

"Tolong KPI catat, audit seluruh stasiun yang telah menyakiti dan tidak memahami pesantren. Bila perlu, izin siarnya ditinjau kembali," tegasnya.

Ia menilai banyak tayangan hiburan saat ini justru merendahkan nilai moral dan spiritual masyarakat.

Pentingnya Literasi Pesantren dan Kontribusinya bagi Bangsa

Maman menekankan pentingnya edukasi publik mengenai pesantren agar masyarakat lebih memahami kontribusi besar para santri dan kiai dalam membangun bangsa.

"Ada lebih dari 39 ribu pesantren dengan jutaan santri. Mereka mencintai negeri ini dan telah berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi banyak pihak masih melihat pesantren dengan cara pandang abad ke-18," ujarnya.

Ia juga mengusulkan agar stasiun televisi mulai memproduksi acara yang melibatkan pesantren sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa.

"Daripada menayangkan program yang membodohi umat, lebih baik stasiun televisi membuat acara yang melibatkan pesantren dan mendorong kecerdasan bangsa," ia menambahkan.

Maman turut menyinggung keberadaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren yang menjadi bentuk afirmasi negara terhadap eksistensi pesantren.

"Para kiai tidak butuh dibela. Tapi anak-anak bangsa harus tahu bahwa kemajuan kita hari ini adalah buah dari pengorbanan mereka. Kiai wakafkan harta, tenaga, dan pikirannya untuk pendidikan umat," ungkapnya.

DPR Minta PH Tayangan Diungkap, Santri Akan Bertindak Konstitusional

Maman juga meminta agar pihak Production House (PH) yang memproduksi tayangan Exposé Uncensored diungkap secara terbuka ke publik.

"Kami akan datangi mereka agar tak ada lagi PH yang mengejar cuan dan rating dengan cara mencederai nilai pesantren. Santri tidak akan tinggal diam, tapi kami akan tetap membela dengan cara yang santun dan konstitusional," tegasnya.

Penulis :
Aditya Yohan