
Pantau - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing menyelenggarakan forum bisnis bertajuk “Sinergi untuk Kerja sama Berkualitas Tinggi bidang Pariwisata, Perdagangan dan Investasi antara Indonesia dan China” pada Jumat, 24 Oktober 2025, guna mendorong lebih banyak pengusaha China berinvestasi serta memperkuat kerja sama dagang dengan Indonesia.
Forum ini dibuka langsung oleh Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, yang menekankan pentingnya kemitraan strategis dalam jangka panjang.
"Kami mengundang lebih banyak investor dan pengusaha dari China untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan bernilai tambah," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa forum ini sejalan dengan visi Indonesia untuk membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
"Bab selanjutnya dalam pembangunan Indonesia selaras dengan visi jangka panjang kami yaitu pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif," tambahnya.
Dihadiri Tokoh-Tokoh Penting dan 200 Pengusaha China
Forum bisnis ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi dan tokoh penting dari Indonesia, seperti Ronny Hutahayan (Deputi Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan), Ricky Jauwerissa (Bupati Kepulauan Tanimbar), KGPAA Mangkunegara X atau Gusti Bhre, Riko Tasmaya (Direktur Corporate Banking BRI), serta Jona Widhagdo Putri (Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia Komite Tiongkok - KIKT).
Sekitar 200 pengusaha asal China juga turut hadir dalam acara tersebut.
Dalam sambutannya, Djauhari menyatakan pentingnya bertransformasi dari perdagangan berbasis volume menuju kerja sama yang lebih bernilai tambah.
"Itu berarti kita bergerak melampaui volume dagang menuju produk bernilai tambah, kita bergerak melampaui transaksi menuju transformasi," tegasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan dalam kerja sama di bidang perdagangan, pariwisata, dan investasi antara Indonesia dan China.
Volume perdagangan kedua negara tahun 2024 tercatat sebesar 147,79 miliar dolar AS, dan dalam periode Januari hingga Agustus 2025 sudah mencapai hampir 104,82 miliar dolar AS.
Ekspor utama Indonesia ke China antara lain minyak sawit, batu bara, nikel olahan, sarang burung walet, dan buah-buahan tropis.
Hilirisasi, Investasi Strategis, dan Potensi Wisata
Dari sisi investasi, China menyumbang 8,1 miliar dolar AS pada tahun 2024, sementara Hong Kong menyumbang 8,2 miliar dolar AS.
Pada semester pertama 2025, China menanamkan modal sebesar 3,6 miliar dolar AS dan Hong Kong sebesar 4,6 miliar dolar AS, menjadikan keduanya investor terbesar kedua dan ketiga di Indonesia.
"Investasi tersebut mencakup sektor-sektor kunci dari infrastruktur dan manufaktur hingga energi terbarukan dan teknologi digital," ujarnya.
Forum ini juga membahas perkembangan Local Currency Settlement yang kini ditingkatkan menjadi Local Currency Transactions antara Indonesia dan China.
Langkah ini bertujuan memperkuat kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi.
Di sektor pariwisata, Djauhari mencatat bahwa sebanyak 1,2 juta wisatawan China mengunjungi Indonesia sepanjang tahun 2024.
Dalam periode Januari hingga Agustus 2025, jumlahnya mencapai 905.002 orang.
"Potensinya masih sangat besar seiring dengan membaiknya konektivitas penerbangan dan dibukanya destinasi-destinasi baru," ia mengungkapkan.
Ia juga mengajak wisatawan China untuk menjelajahi destinasi lain di luar Bali.
"Berwisatalah tidak hanya ke Bali tapi juga ke Solo, Jawa Tengah hingga Tanimbar, provinsi Maluku," serunya.
Djauhari menyoroti pentingnya hilirisasi dalam hubungan ekonomi ke depan.
"Untuk selanjutnya, kita perlu untuk menambah nilai dan melakukan diversifikasi sehingga mencapai perdagangan yang seimbang dan berkelanjutan. Kami juga tidak lagi hanya sumber bahan baku, tetapi pusat hilirisasi dengan memproses nikel kami menjadi baterai kendaraan listrik, bauksit menjadi aluminium, dan minyak sawit menjadi oleokimia," jelasnya.
Ia pun mengajak investor China untuk melihat peluang yang lebih luas di kawasan.
"Untuk tidak hanya melihat Indonesia tapi juga ASEAN karena Indonesia adalah bagian dari ASEAN," katanya.
Menurut prediksinya, kolaborasi yang lebih erat dapat membawa kawasan ini menjadi kekuatan ekonomi dunia.
"Jika kita dapat memiliki kerja sama yang lebih baik di tahun-tahun mendatang, dengan Indonesia, dengan ASEAN, yang kami perkirakan sekitar 20 tahun yang akan datang akan menjadi nomor empat secara ekonomi dan Indonesia akan menjadi nomor lima atau enam. Pikirkan potensi dari kolaborasi antara Indonesia, ASEAN, dan China," tuturnya.
Presiden Prabowo Subianto juga disebut hadir di China pada 3 September 2025 sebagai bentuk komitmen terhadap hubungan bilateral.
"Bahkan dalam situasi yang sangat sulit di Jakarta, Presiden Prabowo memutuskan untuk datang ke China dan berpartisipasi dalam acara 3 September lalu. Itu adalah cerminan betapa dekatnya hubungan antara kedua pemimpin kita dan kedua bangsa kita karena kita semua berkumpul di sini tidak hanya sebagai mitra, tetapi juga sebagai perancang masa depan kerja sama bisnis dan ekonomi Indonesia-China," ucap Djauhari.
Setelah forum, KBRI Beijing memfasilitasi sesi business matching antara pengusaha China dengan pihak-pihak dari Indonesia, termasuk perbankan, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Beijing, dan mitra lainnya.
Pada malam harinya, akan diadakan resepsi diplomatik dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
- Penulis :
- Leon Weldrick