billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Massossor Manurung, Tradisi Pencucian Pusaka Kerajaan Mamuju yang Lestarikan Nilai Budaya dan Persatuan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Massossor Manurung, Tradisi Pencucian Pusaka Kerajaan Mamuju yang Lestarikan Nilai Budaya dan Persatuan
Foto: (Sumber: Maradika (Raja) Mamuju Andi Bau Akram Dai saat memimpin prosesi Massossor Manurung sebagai tradisi pencucian pusaka Kerajaan Mamuju. ANTARA/HO/Diskominfo Sulbar..)

Pantau - Upacara adat Massossor Manurung merupakan ritual pencucian pusaka sakral peninggalan Kerajaan Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat yang menjadi simbol pelestarian nilai budaya, spiritualitas, dan persatuan masyarakat di tengah arus modernisasi.

Warisan Abad ke-16 yang Terus Dihidupkan

Ritual Massossor Manurung digelar setiap dua tahun sekali di Kabupaten Mamuju sebagai bentuk penghormatan terhadap peninggalan leluhur dan sarana menjaga keharmonisan masyarakat.

Secara etimologi, Massossor berarti penyucian atau pembersihan, sedangkan Manurung berarti benda kerajaan.

Maradika (Raja) Mamuju, Bau Akram Dai, menyampaikan bahwa ritual ini telah diwariskan turun-temurun sejak tahun 1500 Masehi.

Ia menjelaskan bahwa tradisi ini berasal dari masa pemerintahan Raja Lasalaga, yang diyakini memiliki kembaran bernama “Maradika Tammakana-kana” atau raja yang tidak bisa berbicara, yang kemudian disebut pusaka Manurung.

Pusaka tersebut telah menjadi simbol kekuatan, kepemimpinan, dan keadilan di Tanah Mamuju sejak abad ke-16.

"Sehingga pada saat sekarang ini, anak cucunya dan lembaga adat sering melaksanakan Sossor Manurung, satu kali dalam dua tahun pada tahun ganjil," ungkap Bau Akram Dai.

Ia juga menjelaskan filosofi lokal masyarakat Mamuju, yaitu "Sema manginung uai randanna to Mamuju, maka ia to Mamuju."

Makna dari filosofi itu adalah siapa pun yang meminum air di Tanah Mamuju merupakan bagian dari Mamuju dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian serta membangun daerah tersebut.

"Kami dari Lembaga Adat Kerajaan Mamuju siap bergandengan tangan dengan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjaga nilai budaya dan kearifan lokal," tegasnya.

Prosesi Ritual dan Nilai Spiritual di Baliknya

Prosesi Massossor Manurung dimulai dengan kirab budaya yang mengarak pusaka menuju Rumah Adat Mamuju.

Setibanya di lokasi, rombongan disambut dengan tarian penghormatan sebagai simbol penyambutan roh leluhur yang diyakini hadir dalam upacara tersebut.

Pada puncak acara, benda pusaka dicuci menggunakan air kembang dan wewangian khusus, diiringi doa dalam bahasa Mamuju.

Proses penyucian ini dipimpin langsung oleh Maradika Mamuju Andi Bau Akram Dai bersama para pemangku adat.

Tradisi ini diyakini membawa berkah bagi masyarakat Mamuju, sebagai simbol penyucian diri dan pengharapan akan kesejahteraan bersama.

Awalnya, Massossor Manurung dilakukan ketika wilayah Mamuju mengalami kekeringan parah.

Dalam kondisi tersebut, raja memerintahkan Galaggar Pitu untuk memandikan dan menyucikan keris pusaka kerajaan.

Air bekas pencucian keris kemudian disebarkan ke kebun, sawah, dan laut, yang dipercaya mampu mengakhiri masa kekeringan di wilayah Mamuju.

Penulis :
Ahmad Yusuf