billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

IdeaFest 2025 Ajak Pelaku Industri Kreatif Menjadi Pengembang Budaya Lewat Kolaborasi dan Inovasi

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

IdeaFest 2025 Ajak Pelaku Industri Kreatif Menjadi Pengembang Budaya Lewat Kolaborasi dan Inovasi
Foto: (Ki-Ka): Inisiator IdeaFriends di IdeaFest Maghfiro Ridho, Co-Chair IdeaFest 2025 Ben Soebiakto, Chef dan Entrepreneur Ray Janson, Co-Founder What Is Up Indonesia (WIUI) Abigail Limuria, dan Co-Founder Nyanyi Bareng Jakarta dan kolaborator IdeaFest X Meda Kawu di IdeaFest 2025, JICC Senayan, Jakarta, Jumat 31/10/2025 (sumber: IdeaFest 2025)

Pantau - IdeaFest 2025 resmi memasuki hari kedua penyelenggaraan pada Sabtu, 1 November 2025, di JICC Senayan, Jakarta, mengusung tema “(Cult)ivate the Culture” sebagai ajakan bagi pelaku industri kreatif untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi pengembang aktif budaya Indonesia.

Festival tahunan ini menjadi ruang pertemuan ide dan kolaborasi bagi para pelaku industri kreatif dari berbagai bidang, mulai dari film, musik, kuliner, hingga teknologi.

Ben Soebiakto, Co-Chair IdeaFest 2025, menyatakan bahwa budaya menjadi dasar dari setiap ide otentik.

"Kami meyakini budaya adalah fondasi setiap ide otentik. Melalui IdeaFest 2025, kami ingin mendorong para pelaku industri untuk tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga menjadi cultivator aktif menanam, merawat, dan mengembangkan nilai-nilai budaya agar tetap relevan seiring perubahan zaman," ungkapnya.

Fokus pada Budaya sebagai Fondasi Inovasi

Budaya dalam konteks IdeaFest didefinisikan sebagai sesuatu yang hidup dan terus berkembang, yang dapat disalurkan melalui berbagai media kreatif.

Penyelenggaraan ke-14 IdeaFest ini menghadirkan lebih dari 120 sesi dan 500 pembicara lintas bidang, termasuk lewat program utama seperti IdeaTalks, IdeaFest X, IdeaFest Night, Experiential Expo, serta Creative & Food Market oleh Semasa.

Melalui program-program tersebut, pelaku industri kreatif diajak menjelajahi peluang baru, membangun kolaborasi, serta menciptakan inovasi yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sektor ekonomi kreatif Indonesia tumbuh mencapai Rp 749,58 triliun pada Semester I 2024, naik 4,46 persen dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini dikaitkan dengan akselerasi digitalisasi dan meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk yang otentik, bermakna, dan berkelanjutan.

Kolaborasi lintas komunitas menjadi sorotan dalam program “IdeaFest X”, yang menggandeng berbagai IP dan komunitas kreatif seperti Nyanyi Bareng Jakarta dan Jakarta Art House.

Meda Kawu, Co-Founder Nyanyi Bareng Jakarta, menyampaikan bahwa keterlibatan komunitas menciptakan budaya komunal yang positif.

"Momen kebersamaan saat bernyanyi itu sendiri menciptakan budaya komunal yang positif, terbuka, dan non-judgmental. Di Nyanyi Bareng Jakarta, kami tidak hanya mengonsumsi budaya, kami melakukannya, merayakannya, dan menghidupkannya secara langsung," ia mengungkapkan.

Refleksi, Autentisitas, dan Visi Jangka Panjang

Abigail Limuria, Co-Founder What Is Up Indonesia (WIUI), menekankan pentingnya refleksi dalam proses kreatif.

"Kita sering sibuk ingin mengubah dunia, tapi lupa mengubah cara berpikir kita sendiri... Sebelum ikut arus, berhentilah sejenak, pikirkan dulu, kenali dulu, baru bertindak... Saya ingin mengingatkan bahwa refleksi adalah bentuk perlawanan paling sederhana terhadap kebisingan dunia yang serba cepat," ungkapnya.

Sementara itu, Ray Janson, seorang chef dan entrepreneur, memberikan pesan inspiratif kepada para kreator muda.

"Pesan saya untuk para kreator muda adalah temukan why atau alasan fundamental Anda berkarya, bukan hanya what atau produknya. Itulah pondasi budaya yang akan membuat sebuah bisnis relevan untuk jangka panjang," ujarnya.

IdeaFest 2025, yang berlangsung dari 31 Oktober hingga 2 November 2025, tidak hanya menjadi ajang pameran ide, tetapi juga pernyataan komitmen terhadap penguatan budaya lokal dan pengembangan ekosistem kreatif Indonesia.

Dengan kolaborasi lintas sektor yang terus berkembang, festival ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kreativitas dan budaya di kawasan Asia Tenggara.

Penulis :
Arian Mesa