billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Prasasti Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh Stabil 5 Persen di Kuartal III 2025, Fondasi Fundamental Dinilai Tetap Kokoh

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Prasasti Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh Stabil 5 Persen di Kuartal III 2025, Fondasi Fundamental Dinilai Tetap Kokoh
Foto: Prasasti Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh Stabil 5 Persen di Kuartal III 2025, Fondasi Fundamental Dinilai Tetap Kokoh

Pantau - Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di kisaran 5 persen pada kuartal III 2025, mencerminkan ketahanan fundamental ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Proyeksi tersebut dinilai tidak jauh berbeda dengan laju pertumbuhan kuartal sebelumnya.

Data resmi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III 2025 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu, 5 November 2025.

“Untuk saat ini, laju pertumbuhan sekitar 5 persen dinilai tetap kokoh dan mencerminkan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang belum menentu,” ungkap Prasasti dalam laporan terbarunya.

Konsumsi dan Investasi Stabil, Tapi Daya Beli Masih Terbatas

Prasasti mencatat bahwa konsumsi masyarakat mulai membaik, sementara investasi tetap menjadi pilar penting pertumbuhan, meskipun keduanya tumbuh secara stabil dan belum menunjukkan lonjakan signifikan.

Data penjualan ritel naik 5,8 persen secara tahunan pada September 2025, menjadi yang tertinggi sejak awal 2024.

Namun, inflasi inti yang hanya 2,2 persen mengindikasikan daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih.

Kepercayaan konsumen pun belum sepenuhnya kembali, dipengaruhi oleh pendapatan yang belum merata dan kekhawatiran terhadap tingginya biaya hidup.

“Konsumsi memang membaik, tetapi lajunya masih jauh dari kata kuat. Yang kita lihat saat ini adalah stabilisasi, bukan lonjakan. Kabar baiknya, fondasi dasarnya tetap kokoh,” ujar Prasasti.

Pelonggaran Moneter dan Tantangan Fiskal

Dari sisi moneter, jumlah uang beredar (M2) tumbuh 8 persen secara tahunan pada September 2025.

Pertumbuhan ini ditopang oleh pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), yang telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak September 2024.

Dampak pelonggaran mulai terasa, meskipun distribusinya ke sektor kredit dan konsumsi masih bersifat bertahap.

Sementara itu, dari sisi fiskal, realisasi belanja pemerintah hingga akhir kuartal III baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan.

Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 64,7 persen.

Kondisi ini menunjukkan dorongan fiskal pada kuartal III masih terbatas, namun memberi peluang percepatan belanja pada kuartal IV.

Investasi Masih Jadi Penopang, Tapi Tunjukkan Perlambatan

Investasi tetap menjadi jangkar pertumbuhan, dengan kontribusi signifikan terhadap PDB.

Namun, beberapa indikator menunjukkan adanya perlambatan, seperti impor barang modal yang turun dari 32,5 persen (yoy) pada kuartal II menjadi 11,2 persen pada Juli–Agustus 2025.

Pertumbuhan kredit perbankan juga mengalami perlambatan ke level 7,6 persen.

Kendati demikian, data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa realisasi investasi naik 13,9 persen (yoy) pada kuartal III.

Kenaikan ini didorong oleh sektor pusat data, logistik, dan infrastruktur digital.

“Investasi masih menjadi jangkar pertumbuhan, namun momentumnya mulai menurun. Arus investasi ke sektor jasa dan digital memang positif, tetapi tahap berikutnya perlu difokuskan pada revitalisasi sektor industri agar daya saing jangka panjang tetap terjaga,” ungkap Prasasti.

Neraca Perdagangan Jadi Pilar Stabilitas Eksternal

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan tetap menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas ekonomi makro.

Surplus perdagangan mencapai 5,49 miliar dolar AS pada Agustus 2025, tertinggi sejak awal tahun.

Kinerja ekspor ditopang oleh permintaan dari pasar utama serta harga komoditas yang masih kuat, terutama minyak sawit mentah (CPO).

Surplus perdagangan yang berkelanjutan turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat cadangan devisa nasional.

“Kombinasi kebijakan moneter dan fiskal tetap terjaga dengan baik. Pelonggaran moneter BI menjaga likuiditas tanpa menimbulkan gejolak arus modal, sementara pengelolaan fiskal yang disiplin memberi ruang bagi stimulus yang lebih terarah. Sinergi ini menopang pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan,” tutup laporan Prasasti.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti