
Pantau - PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan kesiapan untuk memperluas rute Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) hingga Surabaya bahkan Banyuwangi sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Presiden Tekankan Keberlanjutan Proyek KCIC
Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur seperti kereta cepat Whoosh harus terus dilanjutkan karena manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkannya jauh melebihi beban finansial yang dihadapi.
"Presiden mengarahkan agar rute diperpanjang hingga Surabaya bahkan Banyuwangi dan KAI siap melaksanakan arahan tersebut," ungkap Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin.
Ia juga menegaskan bahwa pengoperasian KCIC tidak menemui hambatan berarti karena tingkat okupansi yang terus meningkat.
Menurut Bobby, KCIC telah menjadi simbol kebanggaan nasional karena Indonesia termasuk sedikit negara yang memiliki teknologi kereta cepat, mendahului negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Timur.
"Secara operasional, perusahaan memperoleh keuntungan, membuat kami yakin dan percaya diri untuk terus mengoperasikannya," ia mengungkapkan.
Sejak resmi beroperasi secara komersial pada Oktober 2023, kereta cepat Whoosh telah melayani lebih dari 12,2 juta penumpang.
Selama Januari hingga Oktober 2025, KCIC mencatat pertumbuhan penumpang sebesar 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dari 4,8 juta pada 2024 menjadi lebih dari 5,1 juta orang.
Pemerintah Bahas Solusi Pembiayaan dan Restrukturisasi Utang
Meskipun menunjukkan performa operasional yang positif dengan okupansi mencapai 20.000–30.000 penumpang per hari, margin keuntungan KCIC tetap tipis akibat tingginya biaya operasional dan pemeliharaan dari teknologi padat modal yang digunakan.
Presiden Prabowo menegaskan akan memikul tanggung jawab penuh terhadap keberlanjutan proyek ini, termasuk sorotan terkait beban utang yang membayangi.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa proses negosiasi restrukturisasi utang proyek KCIC masih berlangsung.
"Utang yang direstrukturisasi berasal dari pinjaman pembangunan akibat keterbatasan modal awal," ungkapnya.
Tim negosiasi yang terdiri dari unsur pemerintah dan Danantara akan segera berangkat ke China untuk melanjutkan pembahasan dengan pemerintah Tiongkok dan mitra konsorsium KCIC.
Restrukturisasi mencakup jangka waktu pinjaman, tingkat suku bunga, dan mata uang pinjaman.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Presiden akan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) guna mempercepat penyelesaian utang KCIC.
Total investasi proyek KCIC mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS atau setara Rp120,38 triliun, dengan sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank yang berbunga 2 persen per tahun.
Terdapat pembengkakan biaya sebesar 1,21 miliar dolar AS dari nilai awal investasi sebesar 6,05 miliar dolar AS.
Total pinjaman dari China Development Bank mencapai sekitar 2,72 miliar dolar AS dengan beban bunga tahunan diperkirakan mencapai 120–130 juta dolar AS atau hampir Rp2 triliun.
Pemerintah masih mengkaji dua opsi penyelesaian, yaitu pelimpahan kewajiban kepada pemerintah atau penyertaan dana tambahan ke PT KAI, dengan dorongan agar Danantara memimpin proses restrukturisasi pembayaran pinjaman.
- Penulis :
- Shila Glorya








