
Pantau - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa relokasi pabrik tidak menjadi persoalan selama masih berada dalam wilayah Indonesia dan tidak mengurangi kapasitas produksi maupun jumlah tenaga kerja.
Agus menegaskan, "Relokasi pabrik selama dia masih di wilayah NKRI, selama dia tidak mengurangi kapasitas produksi, artinya kalau dia tidak mengurangi kapasitas produksi, dia tidak mengurangi jumlah tenaga kerjanya, maka sebagai pembina industri kami tidak terlalu memiliki masalah dengan relokasi," ungkapnya.
Ia mendorong kepala daerah untuk memahami alasan di balik relokasi pabrik, khususnya yang dilakukan oleh sektor industri tertentu.
Menurutnya, efisiensi biaya produksi menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi keputusan investor untuk merelokasi pabrik.
"Untuk investor, salah satu komponen atau faktor dalam mewujudkan produk-produk yang kompetitif, itu adalah bagaimana mengefisienkan yang disebut dengan biaya produksi," ia mengungkapkan.
Agus menjelaskan bahwa biaya produksi dipengaruhi oleh berbagai elemen seperti biaya tenaga kerja, tarif listrik, dan harga bahan baku.
Relokasi Pabrik Dinilai Jadi Peluang Ekosistem Industri
Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Septian Hario Seto menyebutkan bahwa akan dibuka sekitar 27 pabrik baru di sektor garmen dan alas kaki di wilayah Jawa Tengah.
"Kalau dari studi kita di DEN, ada sekitar 27 pabrik yang baru buka, ini sektornya garmen dan footwear yang penyerapan tenaga kerjanya besar itu memang di Jawa Tengah," ungkap Seto.
DEN mencatat bahwa pabrik-pabrik tersebut tersebar di wilayah Brebes, Pekalongan, Tegal, dan Pemalang, serta diperkirakan menyerap lebih dari 130 ribu tenaga kerja baru.
Sebagian dari pabrik-pabrik tersebut telah memulai produksi, sementara lainnya sedang dalam tahap ekspansi.
Para pengusaha disebut memperoleh keuntungan dari efisiensi biaya tenaga kerja dan logistik, termasuk pemanfaatan infrastruktur seperti Tol Trans Jawa.
DEN menilai relokasi ini sebagai peluang untuk membentuk ekosistem industri garmen dan alas kaki yang terintegrasi.
"Jadi kalau di baterai kan kita mulainya dari hulu, terus ke hilir ya, dari nikelnya dulu ke hilir. Nah, untuk yang garmen ini kita sudah ada hilirnya, sekarang bagaimana kita mengembangkan tahap tengah antara hulu dan hilir dan hulunya," ujar Seto.
- Penulis :
- Leon Weldrick







