
Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam memperkuat kualitas pendidikan vokasi melalui penyelarasan kurikulum di 11 politeknik, 2 akademi komunitas, dan 9 SMK vokasi binaan agar sesuai dengan kebutuhan industri domestik.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan daya saing industri nasional di tengah ketatnya persaingan global.
"Sebab peningkatan kualitas SDM menjadi faktor kunci dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan industri di tengah persaingan global yang semakin ketat," ungkapnya.
Program vokasi Kemenperin juga diklaim selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, yang menargetkan terciptanya lulusan yang kompeten, mudah terserap industri, atau mampu berwirausaha.
Penguatan Kurikulum Melalui Kolaborasi Internasional
Melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Kemenperin menggelar Pelatihan Industrial-Based Curriculum (IBC) sebagai bagian dari upaya memperkuat kurikulum vokasi.
Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara BPSDMI dengan Pemerintah Swiss melalui Swisscontact dan proyek Swiss Skills for Competitiveness (S4C).
Kepala BPSDMI, Doddy Rahadi, menjelaskan pentingnya pelatihan ini dalam menjawab tuntutan dunia kerja.
"Melalui pendekatan tersebut, lulusan vokasi diharapkan dapat memiliki kompetensi teknis maupun soft skill yang relevan dengan dunia kerja," ujarnya.
Doddy menambahkan bahwa keberhasilan pendidikan vokasi sangat ditentukan oleh eratnya hubungan antara lembaga pendidikan dan sektor industri.
"Kolaborasi ini membutuhkan fasilitator yang mampu memahami kedua sisi, baik dunia industri maupun akademik. Oleh karena itu, keberadaan fasilitator IBC sangat krusial untuk menjembatani kebutuhan tersebut," ia mengungkapkan.
Pelatihan di Padang dan Manfaat Nyata Bagi Dunia Vokasi
Pelatihan IBC diselenggarakan pada 17 hingga 21 November 2025 di Padang dan diikuti oleh 12 peserta dari berbagai satuan pendidikan binaan Kemenperin, seperti Politeknik ATI Padang, PTKI Medan, SMK-SMAK Padang, SMK-SMTI Padang, dan SMK-SMTI Banda Aceh.
Sebelumnya, BPSDMI dan Swisscontact juga telah menggelar pelatihan Developing a Curriculum (DACUM) yang melibatkan pelatih dari TITI Nepal, serta program penguatan kapasitas dosen dari fase awal proyek S4C.
Melalui pelatihan ini, peserta memperoleh keterampilan dalam merancang kurikulum yang lebih relevan dengan industri, memperkuat soft skill, meningkatkan kesiapan kerja lulusan, serta membuka peluang sertifikasi kompetensi.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Kemenperin, Wulan Aprilianti Permatasari, menyampaikan harapan agar pelatihan ini dapat diaplikasikan secara nyata di lapangan.
"Kami optimistis praktik dan wawasan baru tersebut dapat memperkuat ekosistem vokasi di wilayah Sumatra, khususnya Padang, serta meningkatkan kontribusi sekolah dan politeknik binaan Kemenperin dalam mencetak SDM industri yang kompeten," ungkapnya.
Manager VET Development Swisscontact, Kiky Hendarin, juga menegaskan pentingnya pelatihan ini dalam menyelaraskan kurikulum vokasi dengan kebutuhan industri nasional.
Menurutnya, kunci keberhasilan implementasi kurikulum industri adalah peningkatan kapasitas para fasilitator di satuan pendidikan.
BPSDMI dan Swisscontact telah merencanakan perluasan program pelatihan ke daerah strategis lain agar pendekatan IBC bisa diterapkan di seluruh satuan kerja BPSDMI secara menyeluruh.
Dengan langkah ini, Kemenperin berharap dapat mencetak lebih banyak SDM vokasi yang unggul dan siap bersaing di pasar kerja.
- Penulis :
- Leon Weldrick







