Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Lestari Moerdijat Desak Rencana Strategis Pasca Ekskavasi Situs Patiayam Segera Dirumuskan

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Lestari Moerdijat Desak Rencana Strategis Pasca Ekskavasi Situs Patiayam Segera Dirumuskan
Foto: (Sumber: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. (ANTARA/HO-dok pribadi).)

Pantau - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta agar rencana strategis pasca-eks­kavasi Situs Patiayam segera dirumuskan untuk mendukung pelestarian dan pengembangan situs purbakala yang terletak di wilayah Kudus dan Pati, Jawa Tengah.

Lestari menyampaikan bahwa perubahan iklim ekstrem serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap warisan sejarah menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan situs tersebut.

"Ancaman dari alam yang sering berubah secara ekstrem dan masyarakat yang tidak peduli terhadap pelestarian benda-benda bersejarah di situs Patiayam harus disikapi bersama dengan langkah nyata," ungkapnya dalam Forum Diskusi Aktual Berbangsa Bernegara (FDABB) bertema Memahami Situs Patiayam dalam Konteks Prasejarah Indonesia.

Kolaborasi dan Tantangan Pengembangan Situs Patiayam

Lestari yang juga akrab disapa Rerie menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan dan masyarakat dalam merancang pengelolaan berkelanjutan untuk Situs Patiayam.

Ia mendorong agar tantangan dan potensi situs ini diidentifikasi secara menyeluruh guna memperkuat peran situs dalam pengembangan kebudayaan nasional.

Ketua CPAS Indonesia, Truman Simanjuntak, menyatakan bahwa Situs Patiayam tergolong unik karena terisolasi dari situs hominid lainnya.

"Situs Patiayam ini khas, lengkap, dan kaya. Kawasan ini merupakan kekayaan bangsa yang tersembunyi," ia mengungkapkan.

Truman menilai perluasan ekskavasi ke wilayah dengan formasi batuan Slumprit yang diperkirakan berusia 800 ribu tahun perlu segera dilakukan.

Ia juga menekankan pentingnya keamanan fosil, pemberdayaan masyarakat sekitar, pemberian tali asih, serta sertifikasi resmi bagi penemu fosil.

Menurutnya, pengelolaan situs harus membawa dampak positif bagi masyarakat melalui pendekatan ilmiah, budaya, dan lingkungan.

Francois Semah dari Muséum national d'Histoire Naturelle, Prancis menambahkan bahwa proses ekskavasi harus dilakukan secara bertahap dan hati-hati.

Ia menganggap hasil ekskavasi tiga tahun terakhir menunjukkan prospek menjanjikan.

"Kalau kita ketemu sungai di masa lalu, ada kemungkinan kita akan ketemu artefak batu, fosil, bahkan mungkin fosil manusia," ujarnya.

Francois menyarankan agar ekskavasi diarahkan ke pinggir sungai purba untuk memperoleh konteks arkeologis yang akurat.

Perspektif Geologi dan Peran Masyarakat

Pakar geologi Universitas AKPRIND, Sri Mulyaningsih, menjelaskan bahwa aktivitas vulkanik di sekitar Gunung Muria membentuk cekungan batuan bernama maar, yang menjadi habitat makhluk purba.

Ia menyebut terdapat sekitar 14 maar di kawasan tersebut, termasuk Rawa Gembong dan Waduk Logung.

Sri mengusulkan agar penelitian diarahkan ke kawasan tersebut karena memiliki potensi tinggi sebagai situs tinggalan purbakala.

Sementara itu, Sutikno Bronto dari AKPRIND menilai tantangan besar ke depan adalah menggeser paradigma penelitian arkeologi dari geologi sedimenter ke geologi gunung api.

"Jadi ke depan tantangan penelitian di Patiayam dan Semenanjung Muria adalah bagaimana para peneliti bisa mendalami penelitian juga dari kaca mata geologi gunung api," ia menyebutkan.

Menurutnya, hal ini akan memperluas wilayah kerja arkeologi tidak hanya di Patiayam, tetapi hingga ke Semenanjung Muria.

Dekan FIK Universitas Kristen Satya Wacana, Ferry Fredy Karwur, menyoroti adanya kesenjangan pemahaman antara ilmuwan dan masyarakat terkait pentingnya Situs Patiayam.

"Kondisi ini peluang bagi situs Patiayam untuk menjadi bagian dari upaya untuk mempersempit gap tersebut," ujarnya.

Sebagai ahli biologi molekuler, Ferry melihat kegiatan ekskavasi dapat memperkaya ilmu lain, termasuk dalam memahami pembentukan tanah dan pengaruhnya terhadap kehidupan masa lalu.

Ia juga menekankan pentingnya model penataan ruang yang berkelanjutan serta potensi edukasi masyarakat.

Menurutnya, situs Patiayam dapat menjadi tempat pembelajaran langsung bagi warga sekitar yang mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik dan petani.

Dalam jangka panjang, masyarakat dapat bertransformasi menjadi ilmuwan lokal di bidang arkeologi, geologi, dan vulkanologi.

Pemerintah Kabupaten Kudus menyatakan komitmennya terhadap pelestarian situs melalui pengalokasian dana tali asih dan pemberian sertifikat kepada para penemu fosil.

Pemerintah daerah juga aktif mengedukasi masyarakat dalam menjaga kelestarian fosil dan sejarah di kawasan Patiayam.

Penulis :
Gerry Eka
Editor :
Tria Dianti