Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Komisi IV Soroti Penghentian Impor Jagung dan Stabilitas Komoditas Pangan Nasional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Komisi IV Soroti Penghentian Impor Jagung dan Stabilitas Komoditas Pangan Nasional
Foto: (Sumber : Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Panggah Susanto .)

Pantau - Rencana penghentian impor jagung pakan pada 2025 dan target menutup keran impor sepenuhnya pada 2026 dinilai sebagai langkah berani menuju swasembada pangan, terutama untuk kebutuhan pakan ternak yang selama ini bergantung pada impor.

Evaluasi Penghentian Impor Jagung dan Tantangan Swasembada

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Panggah Susanto, menyampaikan bahwa kebijakan tersebut merupakan capaian besar, namun penghentian impor jagung untuk kebutuhan industri masih memerlukan kesiapan lebih lanjut.

Ia mengungkapkan, “Tentu kami surprise dengan tidak akan ada impor jagung. Ini mungkin juga baru pertama kali ini bisa dicanangkan untuk tidak impor produk jagung. Terutama tentu saja difokuskan pada pakan. kalau pakan saja bisa kita tutup, itu saya kira suatu prestasi yang besar”, ujarnya.

Tantangan yang dihadapi mencakup kualitas, volume produksi, kepastian harga, dan kontinuitas pasokan agar industri tidak kekurangan bahan baku.

Panggah menilai bahwa upaya swasembada jagung belum dapat dimaksimalkan oleh Bulog karena fasilitas penyimpanan dan pengeringan belum memadai.

Ia menyatakan, “Saya lihat di sini fungsi Bulog juga belum maksimal untuk penanganan jagung ini. Saya kira stoknya juga masih terlalu kecil saat ini dan kemampuan untuk menyimpan, silo-silo dan sebagainya, dryer dan sebagainya perlu disiapkan”, katanya.

Sorotan Harga Komoditas dan Target Swasembada Bawang Putih

Pada komoditas kopi, Panggah menyoroti lonjakan harga yang kini mencapai sekitar Rp50 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp22 ribu–Rp23 ribu.

Kenaikan harga kopi diduga terjadi karena suplai dunia menurun akibat replanting besar-besaran di Brasil sebagai produsen kopi utama dunia.

Ia menekankan bahwa kenaikan ini dapat bersifat sementara dan ketika Brasil kembali panen, harga dunia berpotensi turun sehingga pemerintah perlu menyiapkan strategi antisipasi sejak dini.

Untuk komoditas susu, Panggah menilai ketergantungan impor masih sangat tinggi sehingga diperlukan program jangka panjang dan peningkatan produksi nasional secara bertahap dari hulu ke hilir.

Ia juga menyoroti perlunya stabilisasi harga cabai karena fluktuasi ekstrem yang sering merugikan petani dan konsumen.

Terkait hal itu, ia mengatakan, “Yang berikutnya yang selalu saja menjadi masalah, cabai ini fluktuasinya luar biasa. Selalu kadang harga tinggi sekali, kemudian berbondong-bondong orang menanam cabai. Pada berikutnya pasti drop, itu terus gitu. Nah ini bagaimana supaya ini bisa lebih stabil agar cabai ini”, ungkapnya.

Panggah turut menyinggung komoditas bawang putih yang dinilai belum mendapat perhatian cukup.

Sentra produksi seperti Wonosobo, Temanggung, dan Magelang disebut membutuhkan kebijakan yang mampu mengembalikan swasembada seperti beberapa dekade lalu.

Menurutnya, penguatan pembibitan perlu dimulai karena bibit bawang putih tidak dapat diproduksi di semua daerah dan langkah tersebut dapat menjadi fondasi kemandirian nasional.

Kementerian Pertanian menargetkan swasembada bawang putih pada 2028 dengan menekan impor maksimal 10 persen dari kebutuhan nasional.

Produksi bawang putih sempat mencapai 88.817 ton pada 2019, namun stagnan di sekitar 39 ribu ton pada 2024, jauh di bawah angka impor rata-rata 540 ribu ton per tahun dengan nilai Rp8 triliun.

Penulis :
Ahmad Yusuf