
Pantau - Warga Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, terpaksa menggantungkan hidup pada sumber mata air dari perbukitan setelah jaringan distribusi air bersih rusak akibat banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut sejak akhir November.
Warga Bergantung pada Air Bukit Aek Matauli
Kerusakan jaringan PDAM menyebabkan masyarakat harus mencari alternatif sumber air, dan saat ini sebagian besar warga Kecamatan Pandan menggunakan air dari Perbukitan Aek Matauli.
"Beginilah kami hari-hari ini menggunakan air Matauli untuk memasak, mandi", ungkap Tora Limbong, warga Kecamatan Pandan.
Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jaringan distribusi air bersih agar kebutuhan harian dapat kembali terpenuhi secara normal.
Desiana, warga Sibuluan, mengaku kesulitan sejak tanah longsor menimpa daerah perbukitan di dekat rumahnya.
"Segeralah pak tolong diselesaikan. Kami tidak terus-terusan bergantung pada sumber air disini. Tentu lebih banyak pengeluaran kami", ia menyampaikan sambil mengantre air menggunakan becak motor milik keponakannya.
Fenomena kios-kios penjual air dari Aek Matauli kini banyak ditemukan di wilayah Pandan, seperti di Jalan Zainal Hutagalung, Jalan Madse Gelar Kesayangan, dan perbatasan Kota Sibolga.
Satu galon atau drum berisi 20 liter dijual seharga Rp2.000.
"Benar itu pak, sudah ada bantuan, tapi warga tidak menggunakannya untuk minum-masak, beberapa airnya keruh karena diambil dari air sungai yang sekarang karena longsor bercampur lumpur begitu", jelas Ryo, salah satu pemilik kios air.
Ryo menambahkan bahwa sebagian besar kios tidak menaikkan harga dan warga justru banyak yang saling membantu menarik air langsung dari sumber mata air.
"Saling membantu saja lah kita", tambahnya.
Rata-rata, warga menghabiskan sekitar Rp32.000 per hari untuk kebutuhan konsumsi dan mencuci.
Dampak Longsor Masih Terasa, Korban Terus Bertambah
Tapanuli Tengah menjadi salah satu wilayah paling terdampak dalam bencana banjir dan longsor besar yang terjadi pada 25 November lalu.
Berdasarkan laporan Kantor SAR Nias per Sabtu pagi, yang merupakan hari ke-12 pascabencana, korban jiwa di Tapanuli Tengah mencapai 115 orang.
Sebanyak 169 orang masih dalam pencarian, sementara 549 lainnya berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
Beberapa bantuan air bersih memang telah disalurkan oleh pemerintah daerah, relawan, serta legislator lokal menggunakan mobil tangki.
Namun, air dari tangki umumnya hanya digunakan untuk mencuci karena kualitasnya yang tidak layak konsumsi.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf








