Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Buku Generasi Emas 2045 Ajak Indonesia Menimbang Ulang Arah Pembangunan Manusia

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Buku Generasi Emas 2045 Ajak Indonesia Menimbang Ulang Arah Pembangunan Manusia
Foto: (Sumber: (Dari kiri ke kanan) Aji Putera Tanumihardja, Perwakilan Gen Z serta kontributor Buku "Generasi Emas 2045: Apa yang Membuat Kita Berbeda?" Dr Bahrul Fuad MA, Komisioner Komnas Perempuan dan Diana Kartika, Direktur IIEF, pada peluncuran buku di Jakarta, Rabu 10 Desember 2025 (ANTARA/HO-IIEF).)

Pantau - Buku Generasi Emas 2045: Apa yang Membuat Kita Berbeda? hadir pada momen krusial di tengah diskursus masa depan Indonesia yang dipenuhi kecemasan terhadap kecerdasan buatan dan keyakinan bahwa bonus demografi akan otomatis membawa kejayaan.

Buku ini lahir dari dialog panjang lintas generasi dan lintas disiplin dalam Semiloka Indonesian International Education Foundation tahun 2023.

Kehadirannya menjadi ajakan untuk berhenti sejenak dan menimbang ulang pertanyaan mendasar tentang manusia seperti apa yang ingin dibentuk Indonesia menuju 2045.

Gagasan dalam buku ini dirangkai dari partisipasi generasi X, Y, dan Z, akademisi, pelaku industri, penggiat pendidikan, serta pemimpin muda.

Dialog tersebut membahas masa depan bangsa di tengah perubahan global yang berlangsung semakin cepat.

Manusia sebagai Pusat Pembangunan

Buku ini secara konsisten menempatkan manusia sebagai pusat gravitasi pembangunan nasional, bukan teknologi.

Digitalisasi, otomasi, dan kecerdasan buatan diposisikan sebagai alat yang nilainya ditentukan oleh kualitas manusia yang menggunakannya.

Buku ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki pembeda berupa kemampuan adaptasi dari keberagaman, daya lenting menghadapi krisis, tradisi gotong royong, dan etos kerja.

Keunggulan sosial dan kultural tersebut disebut rapuh jika tidak dipelihara dan ditransformasikan melalui pendidikan, kebijakan publik, serta ekosistem kerja yang adil.

Buku ini mengkritisi pandangan romantis dengan menunjukkan bahwa gotong royong tidak otomatis relevan jika sistem kerja mendorong kompetisi yang eksploitatif.

Daya adaptasi dinilai kehilangan makna jika pendidikan masih berfokus pada hafalan dan belum mendorong berpikir kritis.

Bonus Demografi dan Reformasi Magang

Buku ini membahas bonus demografi sebagai potensi yang tidak otomatis menjadi jaminan keberhasilan pembangunan.

Tanpa investasi pada karakter, kepemimpinan, integritas, dan kemampuan berpikir kritis, bonus demografi disebut berisiko berubah menjadi beban sosial.

Buku ini juga menyoroti potensi ketimpangan kualitas sumber daya manusia antarwilayah.

Kekhawatiran muncul terhadap terciptanya generasi emas yang timpang, maju di pusat namun tertinggal di wilayah pinggiran.

Salah satu gagasan konkret yang diangkat adalah urgensi reformasi program magang nasional.

Program magang diposisikan sebagai jembatan nyata antara dunia pendidikan dan dunia profesional.

Buku ini menekankan perlunya standar kompetensi mentor, kurikulum magang yang jelas, serta evaluasi yang terukur.

Pengalaman kerja dinilai tidak boleh sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar.

Perspektif Lintas Disiplin dan Harapan Reflektif

Kehadiran lebih dari 25 kontributor dari berbagai disiplin memberi buku ini perspektif yang luas.

Bidang pendidikan, bisnis, kebijakan publik, psikologi, teknologi, dan perencanaan ruang dipandang sebagai satu ekosistem yang saling terkait.

Direktur IIEF Diana Kartika menyatakan buku ini merupakan bentuk partisipasi institusinya dalam peningkatan kapasitas masyarakat dan perluasan akses pendidikan setara.

“Kami berharap, berbagai pemikiran yang dituangkan dapat menjadi rujukan bagi pemerintah, institusi pendidikan, sektor industri maupun masyarakat dalam merumuskan strategi pembangunan manusia yang adaptif dan berkelanjutan,” ujar Diana Kartika.

Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dan lintas generasi untuk mewujudkan Indonesia yang inklusif dan kompetitif.

Komisioner Komnas Perempuan Bahrul Fuad menyebut buku ini sebagai respons reflektif di tengah distorsi informasi.

“Hadirnya buku ini diharapkan menjadi jendela baru bagi para pembaca, membuka sudut pandang yang lebih jernih yang ditaburi keyakinan bahwa masa depan Indonesia dapat ditapaki dengan harapan dan optimisme,” ungkap Bahrul Fuad.

Buku ini menegaskan bahwa keunggulan Indonesia tidak harus dibangun dengan meniru sepenuhnya negara lain.

Keberagaman budaya, kecakapan berkolaborasi, dan sensitivitas sosial dipandang sebagai fondasi pembangunan manusia yang inklusif dan berkelanjutan.

Buku Generasi Emas 2045: Apa yang Membuat Kita Berbeda? diposisikan sebagai cermin untuk masa kini sekaligus dorongan penataan ulang prioritas pembangunan manusia.

Penulis :
Ahmad Yusuf