
Pantau - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan kesiapan untuk memproduksi alat pemindai peti kemas (X-Ray) yang dilengkapi dengan fitur Radiation Portal Monitor (RPM) bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
Kepala BRIN Arif Satria menjelaskan bahwa teknologi RPM yang dikembangkan BRIN telah terbukti efektif, salah satunya saat digunakan untuk mendeteksi keberadaan Cesium-137 di kawasan industri Cikande, Serang, Banten.
"BRIN bisa membuat alat ini dengan harga lebih murah, 50 persen harga ini. Kami sedang bergerak bersama mitra, dengan swasta yang ingin bergerak untuk licensing memproduksi karya BRIN dalam rangka untuk memonitor radiasi di portal ini," ungkapnya.
RPM Perkuat Deteksi Zat Radioaktif di Titik Pemeriksaan
Teknologi RPM merupakan sistem pendeteksi radiasi yang digunakan untuk memantau keberadaan bahan radioaktif pada orang, kendaraan, atau barang yang melewati titik pemeriksaan seperti pelabuhan dan bandara.
Ketika objek yang terdeteksi mengandung zat radioaktif melintasi portal RPM, perangkat akan memberikan sinyal bunyi sebagai peringatan dini.
Arif Satria menekankan bahwa penggunaan RPM memiliki tujuan penting dalam mencegah penyalahgunaan zat radioaktif dan bahan nuklir oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ia juga berharap teknologi ini dapat diperluas penggunaannya melalui kolaborasi antarlembaga.
"Oleh karena itu kita berharap bersama di Bea Cukai, Pelindo, BRIN, Kementerian Keuangan, ini bisa terus digalakkan agar masalah radioaktif ini bisa diatasi," ujarnya.
Pemerintah Dorong Modernisasi Pengawasan Kepabeanan
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah meresmikan penggunaan alat pemindai peti kemas berfitur RPM di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Alat tersebut dioperasikan oleh PT Mustika Alam Lestari (MAL) dan menggunakan teknologi yang serupa dengan buatan BRIN.
Purbaya menyatakan bahwa kehadiran teknologi RPM menjadi langkah konkret menuju modernisasi sistem kepabeanan di Indonesia.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas instansi untuk menyukseskan implementasi teknologi ini.
"Sinergi baik harus terus terjalin. Dengan berjalannya berbagai inovasi tersebut, tentunya pengawasan kepabeanan semakin adaptif, berbasis data, dan mampu mengikuti perkembangan modus kejahatan perdagangan internasional," katanya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







