
Pantau - Sebanyak 268 warga di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, masih mengungsi akibat bencana alam yang menyebabkan rumah mereka rusak, hanyut, atau berada di zona rawan bencana (zona merah).
Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Barat, Jhon Edwar, menyampaikan pada Selasa, 23 Desember 2025, bahwa para pengungsi tidak ditempatkan di lokasi pengungsian khusus, melainkan menumpang di rumah-rumah warga yang aman dan sanak keluarga.
Rincian Pengungsi dan Dampak Kerusakan
Jumlah pengungsi tersebar di lima kecamatan, yaitu: 193 orang di Talamau, 40 orang di Ranah Batahan, 15 orang di Kecamatan Pasaman, 15 orang di Kinali, dan 5 orang di Gunung Tuleh.
Bencana tersebut mengakibatkan 11 rumah hanyut, 18 rumah rusak berat, 16 rumah rusak sedang, dan 38 rumah rusak ringan.
Selain perumahan warga, 11 sekolah, 3 fasilitas kesehatan, 30 tempat ibadah, 1 kantor, dan 1.904 meter irigasi juga dilaporkan rusak.
Sementara itu, terdapat lima korban meninggal dunia, tiga orang hilang, dan lima orang lainnya mengalami luka.
Kerusakan juga melanda infrastruktur dan lahan, dengan rincian 15 bendungan rusak, 14 jembatan rusak, 12 ruas jalan rusak, serta 1.005 hektare lahan pertanian dan 12.071,5 hektare lahan perkebunan terdampak.
Distribusi Bantuan dan Perpanjangan Tanggap Darurat
BPBD telah menyalurkan bantuan logistik dan kebutuhan dasar kepada para pengungsi, sembari menunggu bantuan hunian sementara (huntara) dari BNPB.
Pemerintah juga telah mendistribusikan 113 ton beras kepada masyarakat terdampak.
Bantuan logistik lainnya berasal dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, dunia usaha, dan masyarakat, dengan nilai total ditaksir mencapai Rp1.282.527.000.
Masa tanggap darurat resmi diperpanjang hingga 29 Desember 2025, guna memaksimalkan pembersihan material longsor dan penyaluran bantuan logistik.
BMKG menyatakan bahwa wilayah Pasaman masih berada dalam status waspada cuaca ekstrem hingga 31 Desember 2025.
- Penulis :
- Gerry Eka








