
Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa petugas gabungan bersama TNI dan Polri bekerja hingga 20 jam per hari dalam upaya mempercepat pemulihan pascabencana banjir dan longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa intensitas kerja sangat tinggi terutama di sejumlah titik terdampak, termasuk Aceh Tamiang.
"Pembersihan wilayah terdampak terus dilakukan, termasuk di Aceh Tamiang, dengan mengerahkan personel dan alat secara maksimal," ujarnya.
Fokus di Wilayah Akses Terbatas dan Pengungsi Tinggi
Menurut Abdul, personel TNI dan Polri di beberapa titik bahkan bekerja hingga 18–20 jam per hari untuk memulihkan kondisi serta mendukung percepatan aktivitas ekonomi warga.
Wilayah lain yang mendapat prioritas pemulihan antara lain Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, dan Bener Meriah—daerah-daerah yang masih mencatat jumlah pengungsi cukup tinggi.
Dukungan tambahan diberikan dalam bentuk penambahan tenda pengungsian dan percepatan pembersihan infrastruktur yang terdampak bencana.
Fokus utama pemulihan saat ini adalah pembukaan akses darat di wilayah Aceh.
Sejumlah jembatan penghubung Bireuen–Bener Meriah telah kembali fungsional, namun di Aceh Tengah dan Bener Meriah, akses kendaraan roda empat masih terbatas.
"Beberapa ruas jalan sudah dapat dilewati kendaraan roda dua, namun belum optimal. Pemerintah akan terus mengupayakan agar sebelum akhir Desember jalur tersebut dapat dilalui kendaraan roda empat," ungkap Abdul.
Pembangunan Jalur Alternatif dan Target Pemulihan Awal Tahun
Sebagai langkah percepatan, pemerintah tengah membangun jalur alternatif lintas barat dari Nagan Raya ke Aceh Tengah.
Salah satu proyek krusial adalah pembangunan Jembatan Kureng Betong yang progresnya telah mencapai 70 persen.
"Apabila dapat diselesaikan pada akhir pekan ini, maka akses menuju Aceh Tengah dari jalur timur dapat terbuka," jelas Abdul.
BNPB menegaskan bahwa pembukaan akses jalan secara bertahap adalah kunci untuk mengembalikan kelancaran arus orang, barang, alat berat, dan logistik.
Dengan kelancaran akses tersebut, diharapkan proses pemulihan pada awal tahun 2026 dapat berlangsung lebih cepat dan merata di seluruh wilayah terdampak.
- Penulis :
- Gerry Eka







