Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

BNPB Tingkatkan Kesiapsiagaan Daerah Pascabencana Hidrometeorologi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

BNPB Tingkatkan Kesiapsiagaan Daerah Pascabencana Hidrometeorologi
Foto: (Sumber: Ilustrasi: Sejumlah warga membersihkan rumah dari banjir di Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sunatera Utara, Minggu (7/12/2025). ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

Pantau - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memfokuskan pemantauan lanjutan serta peningkatan kesiapsiagaan daerah pascarentetan bencana hidrometeorologi yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Bencana yang dilaporkan meliputi banjir, longsor, hingga angin kencang akibat hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang masih berpotensi terjadi.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menegaskan pentingnya kewaspadaan berkelanjutan meskipun kondisi di sebagian wilayah terdampak mulai menunjukkan perbaikan.

“Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi BNPB, sejumlah wilayah terdampak sudah berangsur membaik, namun potensi dampak susulan tetap harus diwaspadai,” ujar Abdul Muhari.

BNPB mencatat beberapa wilayah yang terdampak bencana hidrometeorologi antara lain Kabupaten Klaten di Jawa Tengah dan Kabupaten Gresik di Jawa Timur.

Sementara itu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan dilanda angin puting beliung pada Jumat malam 19 Desember 2025.

Hingga Rabu 24 Desember 2025, BNPB mencatat sedikitnya 62 jiwa terdampak akibat kejadian tersebut.

Selain itu, sebanyak 59 unit rumah mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan berat hingga ringan.

BNPB memastikan seluruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah terdampak terus melakukan pemantauan kondisi lapangan secara intensif.

Pemantauan difokuskan pada wilayah-wilayah rawan banjir, longsor, serta angin kencang.

BNPB menilai upaya mitigasi menjadi sangat penting mengingat sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki puncak musim hujan.

Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi cuaca resmi serta segera melaporkan kondisi darurat kepada aparat setempat.

Pemerintah daerah juga didorong untuk memastikan kesiapan logistik dan peralatan darurat guna menghadapi potensi bencana lanjutan.

Selain curah hujan tinggi, gangguan atmosfer seperti siklon tropis menjadi faktor risiko tambahan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa November dan Desember merupakan periode tumpang tindih musim siklon.

Pada periode ini, pembentukan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia berpotensi meningkat.

BMKG mencatat siklon tropis di belahan Bumi utara umumnya terbentuk pada Juni hingga Desember, sementara di belahan Bumi selatan terjadi pada November hingga April.

Sebelumnya, BMKG mendeteksi keberadaan Siklon Tropis Senyar dan Koto yang memicu hujan sangat deras serta bencana signifikan di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Selain itu, BMKG juga mendeteksi Bibit Siklon Tropis 93S di Samudra Hindia yang berpotensi memengaruhi intensitas hujan serta memicu gelombang laut tinggi hingga empat meter.

Wilayah perairan Indonesia diperkirakan terdampak pada periode 23–26 Desember 2025.

BNPB menegaskan bahwa koordinasi dengan BMKG terus dilakukan untuk memantau dinamika cuaca dan potensi bencana.

Langkah-langkah mitigasi tersebut diharapkan mampu meminimalkan risiko serta dampak bencana bagi masyarakat, khususnya di wilayah rawan selama puncak musim hujan.

Penulis :
Ahmad Yusuf