
Pantau.com - Masyarakat Indonesia saat sekarang sudah menyadari arti penting Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kata Guru Besar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Prof. Tukiran Tamirjo.
"Saya bersyukur bangsa kita sudah menyadari rupa-rupanya adanya ketidakberesan di negara kita itu salah satunya karena ditinggalkannya ideologi kita, yaitu Pancasila. Jadi, kalau kita lihat pasca reformasi kemarin, itu kan kita lihat bagaimana nasib Pancasila seakan-akan tersandar di lorong gelap," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (1/10/2019).
Sebagai Guru Besar PPKn, dia mengaku sangat prihatin karena saat sekarang masyarakat baru menyadari semua itu sehingga ada niatan untuk kembali membangkitkan semangat Pancasila.
Baca juga: Fakta Mengerikan Pembantaian Sadis G30S/PKI yang Diakhiri Gerakan 1 Oktober
Dulu, kata dia, ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa kondisi bangsa Indonesia seperti sekarang ini karena kesalahan Pancasila. "Itu kan lucu. Padahal, bangsa dari luar negeri sangat banyak yang mengagumi Pancasila," katanya.
Bahkan, kata dia, negara Yaman ketika akan berubah dari monarki menjadi republik justru menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai acuan sebelum menentukan dasar negaranya. Lebih lanjut, Tukiran mengatakan masyarakat bersyukur karena memiliki Pancasila sebagai bingkai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sehingga harus dipelihara.
Ia mengakui pemerintahan Orde Baru sangat luar biasa dalam memperjuangkan Pancasila hingga menjadi satu-satunya asas pada masa itu.
Baca juga: Nasir PKS Curigai Pihak Asing Bemain Api dalam RKUHP dan Kasus Papua
Selain itu, kata dia, pada masa Orde Baru juga dibentuk suatu lembaga yang dapat menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila ke seluruh pelosok negeri.
Disinggung mengenai kemungkinan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) perlu diterapkan kembali, dia mengatakan P4 mungkin bisa diterapkan kembali namun tentunya harus dikemas dengan cara yang lebih baik dalam penyampaiannya.
"Kalau dulu lebih fokus pada indoktrinasi, tentunya sekarang beda, kita bagaimana mengemasnya, penyampaiannya. Apalagi yang kita hadapi itu anak-anak milenial tentunya harus lebih luwes," katanya.
- Penulis :
- Widji Ananta