
Pantau - Dewan Pengurus Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengaku prihatin dan mengecam kekerasan di lingkungan sekolah yang masih terus terjadi.
Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim mengatakan, sekolah seharusnya menjadi ekosistem yang nyaman, berpihak kepada tumbuh kembang anak, dan aman bagi seluruh warga sekolah.
"Seakan kekerasan tak dapat disetop, lagi-lagi siswa dan guru jadi korban, ini alarm keras bagi pendidikan nasional," ujar Satriwan, Jumat (29/9/2023).
Satriwan menilai, Profil Pelajar Pancasila yang berisi nilai-nilai karakter baik dalam Kurikulum Merdeka belum diaktualisasikan dengan komprehensif oleh sekolah.
Ia berpendapat, Profil Pelajar Pancasila dimaknai sebatas projek kegiatan sekolah untuk memenuhi administrasi kurikulum.
"Permendikbudristek PPKSP seolah macan kertas, galak di tulisan, namun lemah dalam implementasi di sekolah", lanjutnya.
P2G mencatat, dalam satu bulan terakhir ada lima kasus indikasi kekerasan di sekolah. Pertama, kasus guru mencukur rambut belasan siswi karena tak pakai jilbab sesuai aturan sekolah di Lamongan.
"Kedua, seorang anak SD di Gresik diduga dipalak dan dicolok matanya sampai buta oleh kakak kelas.
Lalu minggu ini, sudah tiga kasus indikasi kekerasan di lingkungan sekolah," beber Satriwan.
Meski begitu, Satriwan mengapresiasi pihak kepolisian yang cepat melakukan tindakan hukum kepada pelaku anak dengan tetap mengacu pada UU Perlindungan Anak dan UU Sistem Peradilan Pidana Anak.
- Penulis :
- Aditya Andreas