
Pantau - Airlangga Hartarto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada Sabtu malam (10/8/2024).
Keputusan ini diumumkan melalui sebuah video yang beredar pada Ahad (11/8/2024), yang menandai berakhirnya kepemimpinan Airlangga di salah satu partai politik terbesar di Indonesia.
Dalam pernyataannya, Airlangga menyebutkan bahwa pengunduran dirinya dilakukan demi menjaga keutuhan Partai Golkar.
Selain itu, ia juga ingin memastikan stabilitas transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke Prabowo Subianto.
Namun, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Karyudi Sutajah Putra, menilai bahwa pengunduran diri Airlangga ini lebih menyerupai sebuah 'kudeta terselubung'.
Menurutnya, Airlangga berada di bawah tekanan internal dan eksternal yang akhirnya memaksa dirinya untuk mundur dari posisi Ketua Umum Golkar.
“Tekanan internal ini terlihat dari pernyataan Airlangga yang menekankan pentingnya menjaga keutuhan Golkar,” kata Karyudi, Senin (12/8/2024).
Ia membeberkan, sejak pertengahan 2023, sejumlah elite partai telah mendesak agar Airlangga mundur atau dimundurkan melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), meskipun jadwal normal Munas baru akan berlangsung pada Desember 2024.
Desakan ini muncul karena Airlangga dianggap gagal memenuhi harapan partai untuk maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.
“Meskipun Golkar di bawah kepemimpinannya berhasil meningkatkan jumlah kursi di DPR RI menjadi 102 kursi pada Pemilu 2024, pencapaian ini tampaknya belum cukup untuk meredam keinginan sejumlah pihak yang ingin menggoyang posisinya,” beber Karyudi.
Di sisi lain, lanjutnya, tekanan eksternal juga muncul setelah Airlangga bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat (9/8/2024).
“Hanya sehari setelah pertemuan tersebut, Airlangga menyatakan pengunduran dirinya, yang memicu spekulasi lebih lanjut mengenai peran Jokowi dalam keputusan ini,” pungkasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas