
Pantau - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, kembali menjadi sorotan publik setelah kontroversi terkait penggunaan jilbab oleh anggota Paskibraka Nasional 2024.
Polemik ini muncul setelah BPIP mewajibkan anggota perempuan beragama Islam untuk melepas jilbab saat prosesi pengukuhan pada 13 Agustus lalu. Keputusan ini memicu kritik tajam dari berbagai organisasi keagamaan Islam dan warganet.
Yudian mengakui, aturan tersebut hanya berlaku saat pengukuhan Paskibraka dan pengibaran bendera Merah Putih pada upacara kenegaraan.
Di luar acara tersebut, anggota Paskibraka putri bebas menggunakan jilbab. Namun, penjelasan ini tidak meredakan kecaman yang sudah meluas di masyarakat.
Kontroversi ini bukan yang pertama kali terjadi di bawah kepemimpinan Yudian Wahyudi. Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini dikenal sebagai sosok yang sering menuai kritik melalui kebijakan dan pernyataannya yang kontroversial.
Pada tahun 2018, saat menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga, Yudian mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan cadar bagi mahasiswi di kampus.
Aturan ini menuai protes keras dari berbagai pihak, hingga akhirnya kebijakan tersebut dicabut sebulan kemudian.
Kontroversi lain yang pernah terjadi adalah pernyataan Yudian pada Februari 2020, di mana ia menyebut ‘agama adalah musuh terbesar Pancasila’.
Pernyataan ini memicu kecaman dari berbagai kalangan, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan organisasi keagamaan lainnya.
Yudian kemudian memilih untuk tidak memberikan pernyataan kepada media selama setahun setelah kejadian tersebut.
Selain itu, pada Agustus 2021, BPIP di bawah kepemimpinan Yudian mengadakan lomba penulisan artikel dengan tema ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’ dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’.
Sejumlah kontroversi tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan Yudian Wahyudi di BPIP kerap kali berhadapan dengan kritik dan polemik.
- Penulis :
- Aditya Andreas