Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Makan Bergizi Gratis, Solusi atau Tantangan? Diskusi Publik Pantau Event Bahas Fenomena Diet di Kalangan Remaja

Oleh Fithrotul Uyun
SHARE   :

Makan Bergizi Gratis, Solusi atau Tantangan? Diskusi Publik Pantau Event Bahas Fenomena Diet di Kalangan Remaja
Foto: Diskusi Publik "Makan Bergizi Gratis, Akankah Jadi Kenyataan?" (doc. Pribadi)

Pantau - Pantau Event kembali menyelenggarakan diskusi publik dengan tema menarik yang menjadi perhatian banyak pihak, yaitu "Makan Bergizi Gratis, Akankah Jadi Kenyataan?". Diskusi ini tidak hanya berfokus pada peran pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak dan remaja, tetapi juga mengangkat isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat terkait pola makan dan kebiasaan baru yang dapat mempengaruhi efektivitas program ini.

Acara yang digelar di Yellowfin Senopati, Jakarta Selatan, pada Rabu (21/8/2024) pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh sejumlah narasumber penting dan kredibel dari berbagai bidang, termasuk legislatif, akademisi, psikolog, dan praktisi di bidang pangan dan gizi. Masing-masing narasumber memberikan perspektif berbeda mengenai peluang dan tantangan dalam menerapkan program makan bergizi gratis, terutama dalam menghadapi tren pola makan yang berkembang di kalangan remaja, seperti diet ekstrem.

Tantangan Diet di Kalangan Remaja


Dalam diskusi ini, salah satu peserta yang hadir, Faiza Febrianti, mengangkat pertanyaan menarik yang memicu diskusi hangat. Ia menyoroti tren diet yang semakin populer di kalangan remaja, di mana banyak di antara mereka memilih untuk tidak makan seharian demi menjaga bentuk tubuh. "Pada faktanya, remaja saat ini memilih untuk tidak makan seharian dengan alasan diet. Bagaimana mengatasi permasalahan ini?" tanyanya.

Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh Mira Damayanti Amir, seorang Psikolog Anak dan Keluarga, yang menjelaskan bahwa ada banyak kesalahpahaman terkait konsep diet, khususnya di kalangan remaja. "Ketika bicara tentang diet, banyak sekali terjadi salah kaprah ataupun mispersepsi. Jadi dikatakan kalau diet itu tidak makan sama sekali. Padahal, ada banyak macam diet, tapi sebetulnya kalau kita lihat bagaimana para olahragawan, mereka tetap makan," jelas Mira.

Baca: Psikolog Mira Damayanti Bicara soal Sosialisasi Makanan Begizi Gratis pada Remaja yang Jalani Diet

Mira juga menekankan bahwa salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi adalah anggapan bahwa telur tidak boleh dikonsumsi saat diet. Padahal, menurutnya, mengonsumsi telur sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein harian. "Salah satunya yang sering kali menjadi salah persepsi adalah tidak mau makan telur. Padahal sebenarnya kita sehari itu kalau untuk remaja, satu butir mungkin belum cukup. Makan dua atau tiga butir tidak apa-apa," tambahnya.

Menurut Mira, penting bagi remaja untuk memahami bahwa diet bukan berarti menghindari makan, melainkan memilih jenis makanan yang tepat dan seimbang. Edukasi mengenai gizi dan pola makan sehat perlu ditingkatkan agar tren diet yang salah kaprah ini tidak merusak kesehatan mereka di masa depan.

Kolaborasi Pemerintah dalam Mendukung Program Gizi


Selain membahas tantangan yang muncul akibat tren diet, diskusi ini juga mengangkat peran pemerintah dalam menyediakan akses makanan bergizi gratis bagi masyarakat. Yudha Permana, Anggota DPRD DKI Jakarta Komisi E, mengungkapkan bahwa DKI Jakarta sangat siap untuk melaksanakan program makan bergizi gratis di sekolah-sekolah, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Yudha menjelaskan bahwa program ini telah diinisiasi sejak beberapa tahun lalu, di mana beberapa sekolah di Jakarta telah memberikan makanan sarapan berupa telur dan camilan pagi. Namun, ia merasa bahwa program tersebut belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan gizi siswa secara optimal.

"Saya pernah mengusulkan di tahun 2019 agar anggarannya ditingkatkan dan makanannya menjadi makanan siang bergizi. Pada saat itu, usulan saya sempat dianggap bercanda, tetapi saya serius dalam hal ini. Pemerintah harus memikirkan gizi anak-anak kita, karena ini terkait dengan masa depan mereka," jelas Yudha.

Menurutnya, Jakarta dengan APBD yang mencapai Rp 85 triliun seharusnya mampu menyisihkan anggaran untuk program makan siang bergizi bagi siswa. Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah bisa berkolaborasi dengan pemerintah pusat untuk mendukung pendanaan program ini, sebagaimana yang telah dilakukan dalam program-program kesehatan lainnya.

"Dengan adanya kolaborasi antara Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan instansi lainnya, saya optimistis program makan siang bergizi ini bisa terlaksana dengan baik di DKI Jakarta. Bahkan, kalau kita mulai dari APBD 2025, saya yakin program ini akan berjalan secara bertahap," lanjutnya.

Pandangan Legislatif dan Ilmiah Tentang Gizi


Didi Irawadi Syamsuddin, Anggota Komisi XI DPR RI, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya peran legislatif dalam mendukung program gizi seimbang di Indonesia. Ia menekankan bahwa masalah gizi bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga berhubungan erat dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

"Dalam konteks global, kita melihat bahwa banyak negara maju seperti Jepang, India, dan China telah sukses melaksanakan program makan bergizi di sekolah-sekolah mereka. Kita harus belajar dari mereka, bagaimana kebijakan pemerintah mereka tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga kecerdasan dan daya saing bangsa," jelas Didi.

Senada dengan itu, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Gizi dari IPB, menjelaskan dari perspektif ilmiah mengenai pentingnya gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, anak-anak yang kekurangan gizi cenderung mengalami masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penurunan kemampuan belajar dan produktivitas. Oleh karena itu, program makan bergizi gratis di sekolah merupakan langkah yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak Indonesia.

I Dewa Made Agung Kertha Nugraha, Executive Director of Indonesia Food Security Review (IFSR), menambahkan bahwa ketahanan pangan menjadi tantangan besar di Indonesia, terutama dalam memastikan distribusi makanan bergizi yang merata di seluruh wilayah. Namun, ia optimistis dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, masalah ketahanan pangan bisa diatasi secara bertahap.

Baca Juga: I Dewa Made Agung Kertha Nugraha Tegaskan Program Makanan Bergizi Investasi Strategis untuk Masa Depan Indonesia

Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 2 Januari 2025, Ini Pesan Komisi XI DPR

Diskusi publik ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pandangan dan ide, tetapi juga membuka wacana yang lebih luas mengenai pentingnya gizi dan pola makan yang sehat, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Dengan menghadirkan berbagai narasumber dari berbagai bidang, acara ini menyoroti berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis, mulai dari edukasi hingga kolaborasi pemerintah dan masyarakat.

Pantau Event membuktikan komitmennya dalam menyelenggarakan diskusi-diskusi yang relevan dan berkontribusi dalam menciptakan solusi bagi permasalahan sosial yang dihadapi Indonesia saat ini. Dengan topik yang terus berkembang, diharapkan diskusi-diskusi seperti ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

Penulis :
Fithrotul Uyun
Editor :
Fithrotul Uyun