Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Deru Kehidupan Warga Kolong Tol Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara

Oleh Wira Kusuma
SHARE   :

Deru Kehidupan Warga Kolong Tol Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara
Foto: Penjabat Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi saat melakukan kunjungan ke hunian warga di kolong Jembatan Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (6/11/2024). ANTARA/HO-Pemprov DKI Jakarta.

Pantau-Di bawah bayangan raksasa beton tol yang membentang tinggi di atas wilayah Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara, terdapat sekumpulan warga yang menjalani kehidupan di ruang sempit dan serba terbatas. Kawasan kolong tol ini telah menjadi rumah bagi ratusan keluarga yang tinggal dengan segala keterbatasan, namun tetap bertahan.

Kehidupan di kolong tol Pakin memiliki dinamika tersendiri, penuh dengan kisah perjuangan hidup dari mereka yang mendambakan kehidupan yang lebih baik, walau harus tinggal di bawah jalan raya yang riuh.

 

Kehidupan Sehari-Hari Warga Kolong Tol

Seperti dilansir berbagai sumber, Selasa (12/11/2024), kehidupan sehari-hari warga kolong tol Pakin sangat sederhana. Mayoritas warga mengandalkan pekerjaan informal seperti berdagang kecil-kecilan, menjadi pemulung, atau bekerja serabutan di sekitar Penjaringan.

Di sisi lain, beberapa warga juga membuka usaha kecil seperti warung kopi dan tempat cuci motor di ruang kosong yang tersedia. Sejak pagi, suara deru motor, roda troli pedagang, dan obrolan warga yang sibuk beraktivitas menciptakan keramaian tersendiri di bawah kolong tol ini.

Para warga di kolong tol Pakin menjalin ikatan komunitas yang erat, saling membantu satu sama lain. Anak-anak tampak berlarian di lorong sempit, sementara para ibu memasak dan mencuci di depan rumah yang berbentuk bilik-bilik sederhana dari kayu dan seng. Ruang hunian yang terbatas dan sempit membuat mereka harus memanfaatkan setiap jengkal dengan sebaik mungkin, termasuk lorong-lorong kecil di antara bilik rumah.

 

Bagaimana Awal Mula Warga Tinggal di Kolong Tol?

Para warga yang tinggal di kolong tol Pakin sebagian besar merupakan pendatang yang awalnya mencari penghidupan di Jakarta. Beberapa dari mereka dulunya tinggal di bantaran kali atau wilayah lain yang pernah ditertibkan pemerintah. Perlahan, mereka menemukan tempat di bawah kolong tol yang terlindung dari hujan dan terik matahari sebagai alternatif hunian, karena harga sewa di kawasan lain yang terus naik.

Hingga kini, kolong tol Pakin telah menjadi “rumah” bagi mereka yang sulit menjangkau tempat tinggal dengan biaya sewa tinggi. Meskipun tidak sepenuhnya legal, kolong tol ini sudah dianggap sebagai tempat tinggal yang sah oleh para penghuninya, meskipun tanpa fasilitas layaknya permukiman resmi.

Beberapa warga kolong tol Pakin, terutama yang sudah tinggal lama, memiliki “hak” hunian tidak resmi di sana tanpa biaya sewa. Namun, bagi pendatang baru, ada semacam “biaya izin” yang perlu dibayarkan kepada warga yang lebih dulu tinggal, atau kepada pihak tertentu yang mengelola wilayah tersebut. Meskipun tidak ada perjanjian hitam di atas putih, warga baru harus memenuhi beberapa persyaratan dan membayar sejumlah uang sebagai bentuk "sewa" tidak resmi agar bisa tinggal di area kolong tol ini.

Di kolong tol Pakin, tidak ada nomor rumah maupun penandaan RT/RW yang jelas. Setiap rumah berupa bilik berdiri rapat di antara kolom-kolom beton tol, dan warga mengidentifikasi tempat tinggal mereka berdasarkan urutan atau letak tertentu. Meski tanpa penandaan resmi, warga kolong tol memiliki sistem identifikasi sendiri yang memudahkan mereka menemukan alamat dan mengenali rumah satu sama lain. Dalam beberapa situasi, seperti saat pendataan bantuan sosial, petugas RT/RW setempat berupaya mendata warga kolong tol agar bisa mendapatkan hak dan bantuan sosial yang mungkin tersedia.

 

Bagaimana Listrik Dipasang di Kolong Tol?

Kebutuhan listrik warga kolong tol Pakin sebagian besar dipenuhi melalui sambungan tidak resmi atau sambungan dari pihak tertentu dengan biaya bulanan. Ada warga yang mengalirkan kabel dari rumah penduduk sekitar, atau dari sumber listrik yang dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat mengalir ke kolong tol. Kendati demikian, ini tetap berisiko karena sambungan yang tidak sesuai standar dapat menimbulkan korsleting dan kebakaran.

Meskipun listrik yang dipasang ini ilegal, bagi para warga, hal tersebut tetap merupakan kebutuhan vital, terutama untuk penerangan di malam hari dan untuk keperluan sehari-hari. Pemasangan listrik yang tak resmi ini sering kali menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga keselamatan warga.

 

Perhatian Pemerintah Jakarta dan Langkah-Langkah yang Diambil

Pemerintah Jakarta menyadari keberadaan warga yang tinggal di bawah kolong tol ini dan telah melakukan beberapa upaya dalam menangani persoalan ini. Sebagai langkah awal, pemerintah melalui Dinas Sosial telah melakukan pendataan bagi para penghuni kolong tol Pakin. Pendataan ini penting agar pemerintah dapat memahami kondisi ekonomi dan sosial warga serta menyalurkan bantuan yang tepat sasaran.

Beberapa program relokasi dan pemberian rumah susun sederhana (rusunawa) juga telah dicanangkan, namun masih banyak warga yang ragu untuk pindah. Sebagian dari mereka beralasan bahwa biaya hidup di rusunawa masih terasa berat, sementara di kolong tol mereka memiliki kebebasan yang lebih fleksibel untuk berusaha tanpa harus membayar sewa resmi.

Selain itu, pemerintah Jakarta berupaya meningkatkan kesadaran warga kolong tol akan bahaya dari hunian di bawah infrastruktur jalan raya, terutama karena resiko dari pemasangan listrik ilegal dan potensi bencana. Program penyuluhan tentang keselamatan, sanitasi, serta penyediaan layanan kesehatan secara berkala juga diselenggarakan sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan dan keselamatan warga.

"Setelah berbincang dengan warga yang tinggal di bawah jembatan, mereka ingin mempunyai hunian yang layak. Hujan tidak kehujanan dan banjir tidak kebanjiran. Apalagi kalau tinggal di dalam kolong jembatan tentunya penyakit sangat rentan sekali menyerang mereka," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi seperti dilansir Antara.

Kehidupan di kolong tol Pakin menunjukkan bagaimana sebagian warga Jakarta tetap bertahan di tengah keterbatasan, menghadapi kerasnya kota metropolitan yang terus berkembang. Di balik kehidupan yang tampak sederhana dan serba kurang ini, warga kolong tol memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Meski tantangan masih banyak, warga kolong tol Pakin berharap adanya solusi yang bisa menjamin tempat tinggal layak dengan biaya terjangkau tanpa harus kehilangan penghidupan yang sudah mereka bangun.

Pemerintah Jakarta terus berupaya menghadirkan perubahan, tetapi upaya ini membutuhkan kerja sama dan solusi yang menyeluruh agar kehidupan warga kolong tol tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menjadi lebih baik.

Penulis :
Wira Kusuma