
Pantau - Tentara pendudukan Israel menembaki Rumah Sakit Al-Helou di Kota Gaza pada Ahad (28/9) malam dengan dua tembakan artileri, menurut laporan dari sumber medis setempat.
Rumah Sakit Dikepung dan Layanan Kritis Terancam
Rumah Sakit Al-Helou, yang memiliki ruang perawatan kanker dan unit perawatan bayi prematur, menjadi target tembakan artileri ketika masih menampung 12 bayi prematur dan puluhan pasien lain.
Lebih dari 90 orang, termasuk tenaga medis dan pasien, dilaporkan masih terjebak di dalam gedung rumah sakit akibat tank-tank Israel yang mengepung fasilitas dan menutup semua akses keluar maupun masuk.
Serangan terhadap fasilitas kesehatan ini bukan yang pertama kali terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Pada 23 September, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan bahwa instalasi oksigen sentral di Rumah Sakit Al Quds, kawasan Tal Al Hawa, Kota Gaza, lumpuh setelah menjadi sasaran tembakan pasukan Israel.
PRCS menyebut situasi di sekitar RS Al Quds sangat berbahaya, apalagi kendaraan militer Israel diparkir tepat di gerbang selatan rumah sakit dan menghalangi pergerakan pasien maupun tim medis.
Sistem Kesehatan Gaza di Ambang Runtuh
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 22 Mei 2025, empat rumah sakit utama di Gaza—RS Kamal Adwan, RS Indonesia, RS Hamad untuk Rehabilitasi dan Prostetik, dan RS Eropa Gaza—telah menghentikan layanan medis.
WHO juga mencatat bahwa dari 36 rumah sakit yang ada di Jalur Gaza, hanya 19 yang masih beroperasi, itupun dalam kondisi sangat terbatas.
Sebanyak 12 dari 19 rumah sakit tersebut masih memberikan layanan kesehatan, sementara sisanya hanya mampu melayani perawatan darurat dasar.
Hingga akhir Mei 2025, WHO mencatat total 28 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, dan 697 serangan sejak Oktober 2023.
Diperkirakan 94% rumah sakit di Jalur Gaza mengalami kerusakan atau kehancuran, memperparah krisis kemanusiaan yang terjadi.
RS Al-Awda di Gaza Utara kini hanya berfungsi secara minimal sebagai titik stabilisasi trauma, namun terancam ditutup akibat situasi yang tidak aman dan terbatasnya akses logistik.
RS Indonesia juga tidak dapat diakses sejak 18 Mei karena kehadiran militer di wilayah tersebut.
RS Kamal Adwan, yang sebelumnya menjadi pusat penanganan pasien malnutrisi akut di Gaza Utara, berhenti beroperasi sejak 20 Mei akibat pertempuran hebat dan evakuasi paksa pasien.
Di Gaza Selatan, RS Nasser, RS Al-Amal, dan RS Al-Aqsa mengalami kelebihan kapasitas menyusul lonjakan korban luka dan gelombang pengungsian ke wilayah Deir al Balah dan Khan Younis.
RS Eropa Gaza telah tidak beroperasi sejak serangan pada 13 Mei, membuat layanan vital seperti bedah saraf, perawatan jantung, dan perawatan kanker menjadi tidak tersedia di seluruh Jalur Gaza.
Saat ini hanya tersedia sekitar 2.000 tempat tidur rumah sakit untuk lebih dari 2 juta penduduk Gaza.
Dari jumlah tersebut, 40 tempat tidur berisiko hilang karena rumah sakit berada di zona evakuasi baru, dan 850 tempat tidur lainnya dapat hilang jika kondisi fasilitas di zona konflik memburuk.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf